post image
Menjaga jarak penting untuk memutus penyebaran virus corona / Foto Tribun News.
KOMENTAR

 Sejak virus corona dinyatakan terkonfirmasi sudah masuk Depok, dengan terdapat suspect 3 orang, yakni seorang ibu dan anak karena sebelumnya sempat menjalin kontak dengan warga negara Jepang dalam suatu acara.

Maka genderang perang melawan virus corona mulai ditabuh.Terutama Jakarta, lebih siap menghadapi dengan melakukan tindakan-tindakan yang terencana, membatasi aktivitas warga DKI Jakarta.

Mulai dari membatasi transportasi kereta, bus, serta angkutan umum lainnya. Termasuk penyediaan fasilitas perawatan di rumah sakit seluruh Jakarta. Jakarta terlihat lebih siap, mengingat moda transportasi yang digunakan sudah bersifat massal berupa kereta komuter yang setiap hari digunakan ribuan orang dengan posisi yang berjejal dan berhimpitan di dalam kereta.

Penularan virus lebih cepat pada jumlah massa yg berkerumun dan berdesakan, karena itu korban yang paling banyak adalah warga Jakarta. Kerumunan yang juga mengkhawatirkan adalah di mal dan pasar tradisional, di mana penularan tidak hanya terjadi dari droplet yg menyembur dari mulut karena bersin, tetapi juga dari bersentuhan anggota tubuh yang sudah tercemar droplet.

Kampanye awal yang digalakan adalah gunakan masker, jaga jarak antara orang dengan orang sejauh 1 sampai 1,5 meter, sering cuci tangan dengan sabun, dan stay at home. Empat antisipasi tersebut hampir pasti tidak bisa dilakukan di dalam kerumunan kereta komuter, mall ataupun di pasar tradisonal.

Pilihan Lockdown atau PSBB

Setelah pandemi virus corona semakin merebak dan meluas sampai ke penjuru kota dan bahkan berimbas ke hampir seluruh wilayah Jabodetabek, maka pemerintah dihadapkan pada dilema memberlakukan lockdown dengan risiko menanggung semua biaya hidup warga atau Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang tidak sepenuhnya menutup aktivitas kota, dengan resiko biaya yang minimal.

Pilihan PSBB telah diterapkan, dengan masih dimungkinkannya aktivitas-aktivitas tertentu diperbolehkan berjalan dengan pembatasan jam kerja dan jam beroperasinya. Situasi ini diharapkan jumlah penyebaran pandemi berkurang dan tingkat kematian akibat corona berkurang.

Kehidupan yang dinyatakan tidak normal ini telah menghentikan banyak aktivitas masyarakat, di antaranya aktivitas bekerja, belanja, beribadah secara massal, dan berkendara di jalan raya tanpa ada kepentingan yang mendesak.

Imbas dari semua itu akhirnya melumpuhkan perekonomian masyarakat. Akibatnya hal itu menggerus keuangan pemerintah daerah dan pusat. Mendekati Lebaran timbul wacana tradisi mudik atau pulang kampung yang tidak diperbolehkan selama pandemi masih berlangsung.

Akhirnya seperti kita ketahui, Bandara Soekarno-Hatta sempat dipenuhi penumpang pesawat dengan niat mudik atau pulang kampung dengan alasan punya sertifikat dan telah lulus uji kesehatan bebas virus corona.

Setelah Lebaran, tentunya para pemudik tersebut harus kembali ke Jakarta, karena sebagian besar tinggal dan bekerja di Jakarta. Jakarta sebagai episentrum pandemi virus corona tentunya akan menghadapi dampak dari pemudik yang kembali pulang ke kota.

New Normal, Eling lan Waspada

New normal, yang dicanangkan bertujuan agar kehidupan menjadi normal dengan batasan-batasan tertentu yang inheren melekat pada kebiasaan masyarakat hidup bersih akibat virus corona.

Peraturan tersebut di antaranya menyebut bahwa pekerja yang berusia 20 sampai 45 tahun diperbolehkan beraktivitas di luar ruangan, misalnya berangkat kerja dan kuliah.

Bagaimana dengan anak-anak tingkat usia taman kanak-kana, sekolah dasar, dan juga lansia yang termasuk rentan terpapar virus, tentunya perlu ada pengaturan khusus.

Di sini pentingnya dunia pendidikan secara bijak memikirkan solusi selama pandemi masih menghantui kehidupan masyarakat. Sebab pelajaran di sekolah tentunya akan melibatkan interaksi antaranak dan guru. Ditambah dengan interaksi dengan pedagang jajanan di sekolah dan yang menggunakan transportasi umum.

Kemudian solusi yang muncul dan diterapkan saat ini adalah memberikan pelajaran jarak jauh dengan media daring. Namun itu juga bukan tanpa kendala, terutama fasilitas internet yang berbayar.

Untuk Lansia yang tidak punya kewajiban mencari nafkah barangkali pilihan stay at home itu masih memungkinkan. Akan tetapi, bagi sebagian besar warga masyarakat lansia yang masih menghidupi anggota keluarga dan dirinya, tentunya ini menjadi masalah yang harus ditanggulangi.

Angkatan muda yang terpaksa bergelut dengan pandemi yang masih merebak, juga diharapkan harus eling lan waspada. Bahwa bisa saja mereka kuat dan tidak terinfeksi virus, maka dari itu kita harus tetap waspada dan menjalankan protokol kesehatan demi menjaga keluarga di rumah.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Gaya Hidup