post image
Irawati Hermawan berinisiatif mengumpulkan dan menyalurkan donasi alumni Unpad ke RSHS Bandung
KOMENTAR

Ini momentum. Bukan sekadar tentang hal teknis dalam bidang kesehatan seperti cuci tangan dan menggunakan masker. Bukan sekadar tak berjabat tangan atau membawa hand sanitizer di dalam tas. Lebih dari itu, ini momentum untuk kita bersama bertanya dan merefleksikan diri.

Inilah momentum untuk melakukan reevaluasi terhadap nilai-nilai yang selama ini sadar atau tanpa sadar kita anut. Dalam hal kemanusiaan, misalnya. Saatnya kita bertanya, apakah selama ini kita benar menghargai kebersamaan? Baik lingkup keluarga, kerjaan dan juga lingkup kebangsaan? Atau kita terlalu sibuk dengan diri sendiri beserta hiruk-pikuk yang menyertainya? Bagaimanakah kepedulian dan tanggung jawab sosial kita selama ini? Bahwa Covid-19 memberi kita pelajaran tentang pentingnya jaga kesehatan, itu sudah pasti. 

Tapi pelajaran lainnya memang harus kita yang mengorek, menggali, dan memberinya makna.

Jika selama ini kebersamaan, berbagai kemudahan, seolah hal yang sudah taken for granted maka saat-saat seperti sekarang merupakan momentum tepat untuk menghargai dan memberinya makna. Kita harus banyak-banyak bersyukur dan eling.

Saudara-saudara kita, bahkan, saat ini, yang terpapar dampak ekonomi Covid-19, belum tau hari ini akan makan apa. Atau lebih tepatnya: masih bisa makankah ini hari? Secara sosial, bangsa kita patut dipuji dan sudah teruji dalam hal saling membantu.

Terlepas apakah sifatnya sporadis dan atau tidak sistematis, tapi selama pandemi ini, masyarakat kita saling membantu. Bantuan berupa nasi bungkus, Alat Pelindung Diri (APD), hand sanitizer, masker, saling membeli atau mempromosikan jualan teman, itu terjadi di banyak daerah.

Di banyak komunitas dan organisasi. Juga dilakukan secara individual oleh banyak orang. Ini merupakan modal sosial bangsa kita yang patut untuk terus kita kembangkan. Bahkan saat pandemi ini berakhir, nilai-nilai kepedulian sosial dan gotong roryong, kolaborasi perlu dilanjutkan dengan platform yang strategis.

Dalam hal berbangsa dan bernegara, saatnya pula kita berefleksi: Sudahkah negara melindungi warganya dengan baik dan benar? Juga sebaliknya, sudahkah warga negara disiplin dan mendukung protokol kesehatan? Covid-19 adalah ancaman nyata. Urusannya adalah nyawa. Dan ssaat ini pun grafik gelombang pertama kita belum lagi landai.

Diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk menjalani dan mengatasi situasi kondisi seperti saat ini. Ini pelajaran penting bagi pemerintah untuk terus meningkatkan kesiagaan dalam menghadapi bencana, baik itu alam maupun non alam. Jika kita berhasil dengan baik melaluinya, ini akan jadi modal sosial bangsa kita kedepan. Sebab, tantangan pasca pandemi juga tak akan lebih mudah, meski dengan varian masalah yang berbeda.

Sebaliknya, jika kita terseok-seok, gagap dan gaduh dalam menghadapinya, akan menjadi preseden buruk. Sangat disayangkan, jika kita tak dapat memetik pelajaran dari wabah Covid-19 ini.

Pandemi ini membawa kita pada new normal. Tapi jika hanya sekadar menggunakan masker dan cuci tangan, sangat disayangkan. Harus ada nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai sosial, nilai-nilai hidup berbangsa dan bernegara yang juga mencuat dan menjadi tren. Secara sosial, misalnya: "Berbagi itu keren", "Berbagi adalah gaya hidup kami" dan lain-lain.

Ada nilai altruis yang harusnya menjadi new normal. Menjadi gaya hidup sehari-hari bangsa kita. Banyak nilai-nilai positif yang perlu dijadikan gaya hidup, termasuk saling dukung antar teman, saling mempromosikan, kolaborasi antar komunitas, dan lain-lain.

Jika selama ini kompetisi adalah hal yang normal, maka saatnya untuk memulai normal baru dengan kolaborasi. Pun, halnya dalam gaya hidup normal baru lainnya. Misalnya berjalan kaki dan bersepeda. Lebih ramah lingkungan, hemat dan sehat, dibandingkan dengan membawa kendaraan sendiri.

Kita harus menjadi bangsa pembelajar. Yang dapat memetik hikmah dari setiap kejadian, bahkan jika itu wabah sekali pun, seperti yang sedang kita hadapi saat ini.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual