post image
Kebun di mana manusia bekerjasama dengan alam dalam memberikan kebaikan. Foto: Kristina Budiati
KOMENTAR

David Cooper, dalam bukunya ‘A Philosophy of Gardens’, mencoba memberi kontribusi pada pemahaman tentang kebun dan berkebun yang jarang mendapat pembahasan mendalam.

Cooper mencoba mengarahkan perhatian kita untuk lebih dalam memahami pentingnya kebun, dan bagaimana kebun mewakili kontribusi serius bagi 'kehidupan yang baik'. Kehidupan yang baik, seperti yang dia katakan, bukanlah sejenis la dolce vita atau kehidupan kebajikan moral yang ketat. Sebaliknya, merupakan sesuatu yang mendekati Aristotelian eudaimonia, kehidupan di mana ditanamkan kapasitas dan kekuatan karakter yang mengarah pada cara yang tepat untuk bertindak, merasakan, dan mengevaluasi.

Pemikiran Cooper ini menarik dan tidak konvensional, yang menjadikan kebun dan berkebun merambat jauh dari hanya pemikiran estetika menjadi etika, antropologi filosofis, dan (akhirnya) teologi. Argumen cerdas yang dikembangkan Cooper membuat pemikiran ini menarik dan informatif, bahkan di beberapa area di mana kesimpulannya sebetulnya tidak sepenuhnya meyakinkan.

Kunci dari pendekatan khas Cooper adalah desakannya untuk menganggap kebun dan berkebun tidak hanya sebagai objek fokus penghargaan dan estetika, tetapi juga, dan yang lebih penting, sebagai pengaturan di mana manusia terlibat dalam berbagai aktivitas, yang memicu kebaikan. Beberapa praktik ini (misalnya, menanam, mengolah, dan memangkas) menumbuhkan kebaikan pribadi yang mengisyaratkan kepatuhan pada disiplin pada kepedulian dan pengawasan.

Cooper menegaskan bahwa hanya melalui keterlibatan aktivitas manusia dalam bekerja secara kooperatif dengan alam untuk menciptakan kebaikan dan kemudian dengan berdiam di dalamnya dengan penuh penghargaan, kebun dan berkebun akan mengungkapkan makna yang sebenarnya.

Filosofi (ber)kebun, menurut Cooper, maknanya tidak sesuai dengan salah satu dari dua model yang telah mendominasi hingga saat ini, yaitu model seni dan model alam. Model seni dianggap gagal karena upayanya untuk menyelaraskan kebun dengan karya seni dan artefak estetika lainnya, model ini telah mengabaikan kondisi mendasar bahwa kebun sebagai tempat di mana hal-hal yang hidup, hal-hal yang tumbuh meminta kita sebagai manusia untuk merawat dan bekerjasama dalam vitalitasnya. Model kedua yaitu model alam juga dianggap gagal karena kebun tidaklah sama seperti padang rumput liar dan gunung di mana kebun— sampai batas tertentu — dibuat oleh manusia dan diilhami dengan tujuan yang ditentukan oleh manusia.

Cooper berpendapat, makna khusus tentang kebun tidak dapat ditangkap dengan hanya menggabungkan (atau "memfaktorkan") dua model, yaitu, dengan menganggap kebun sebagai fenomena campuran seni-dan-alam. Karena sejatinya makna kebun tidak ada dalam keduanya, yang diambil secara terpisah, yang dapat menjelaskan secara tepat tentang makna (ber)kebun.

Namun dari kedua model dan kombinasinya tersebut terdapat faktor yang oleh Cooper disebut sebagai ’atmosfir’.  Atmosfir adalah bagian dari fenomenologi pengalaman berkebun yang melibatkan suasana hati atau perasaan tertentu yang dapat kita nikmati sehubungan dengan kebun secara keseluruhan dan kegiatan berkebun sebagai komponen penting dari keberadaan kebun itu sendiri . Kebun tidak hanya untuk manusia. Mereka diciptakan, dipertahankan, diubah, dan diperkuat oleh manusia. Suasana yang diciptakan oleh kebun tidak lahir dari penilaian formal yang terpisah (yang menjadi kecenderungan model seni) maupun kenikmatan tanpa bingkai dari hal-hal alami (yang menjadi kecenderungan model alam). Sebaliknya, kebun dan berkebun lahir dari praktik-praktik yang mendorong munculnya tempat dan kegiatan yang menyenangkan.  

Seseorang dengan hobi berkebun akan memahami bahwa dalam mengolah lahan dan menebar benih dia telah menciptakan kesempatan untuk sesuatu yang alami untuk tumbuh dan berkembang dengan caranya sendiri. Benih bunga dahlia yang disebar pada musim gugur muncul berkembang pada musim panas sebagai hadiah, yaitu, sebagai sesuatu yang direncanakan dan diharapkan tetapi tidak dapat diprediksi dengan sempurna.

Seseorang dengan hobi berkebun merasakan tanah sebagai nutrisi, serta pentingnya angin, matahari, kelembaban dalam mempengaruhi pertumbuhan. Dia akan terus belajar bagaimana caranya membuat kebunnya subur dan menghasilkan secara optimal. Kesadarannya ini lah dan tindakan tepat yang dia lakukan merupakan bagian dari apa yang menjadikan kebun itu sendiri.

Terdapat  beberapa kesamaan antara aktivitas berkebun dengan kegiatan pengamatan alam atau seni. Pertama, ketertarikan untuk ketidakpastian. Kita tidak pernah tahu pasti apa yang akan muncul dan bagaimana, sehingga apa yang akhirnya muncul di kebun kita selalu menjadi sesuatu yang baru. Kedua, terdapat rasa yang sama tentang sesuatu yang dihadapi, antara milik kita atau tidak sepenuhnya milik kita. Ketiga, terdapat minat dalam penciptaan bersama yang membangun dan menegaskan keberadaan suatu kelompok masyarakat. Kebun dimaksudkan sebagai tempat yang ramah, tempat di mana perbedaan dapat disatukan dan secara tradisional menjadi tempat untuk berbagi kebahagiaan.

Di titik inilah diharapkan terbuka pemahaman tentang nilai filosofis kebun dan berkebun di dalam hidup kita.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Gaya Hidup