post image
Sherlock Holmes versi serial 13 episode BBC yang akan membawa kita menjelajahi dunia pikiran Sherlock yang indah, unik, dan extra-ordinary.
KOMENTAR

Sebelumnya, aku belum membaca buku Sherlock Holmes versi apapun dan juga belum menonton film Sherlock Holmes versi siapapun, jadi ulasan ini 100 persen aku tulis berdasarkan serial Sherlock di BBC yang terdiri atas 4 season dan 13 episode.

Catatan kedua, you know-lah kalau Benedict Cumberbatch will be my forever bias, jadi jangan sebel ya kalau catatanku tentang doi hanya akan berisi bagus dan bagus banget, accept that, tidak ada sesuatu yang benar-benar objektif di dunia ini.

Sherlock, tokoh utama yang diceritakan dalam serial ini, adalah seorang pribadi yang extraordinarily unique dalam segala hal, dari karakter, kecerdasan, cara berpikir, caranya memandang sesuatu, caranya berkomunikasi, caranya berelasi, caranya bersikap dan berperilaku, caranya merespon sesuatu, dan seterusnya.

He’s just so much, oh no no, in fact, he is too much. Jenis orang yang very impossible to handle. Walaupun aku percaya, jenis orang seperti ini ada dalam kehidupan nyata, dengan tingkat keekstreman yang berbeda-beda tentu saja. Nah Sherlock ini versi yang paling ekstremnya.

Kecerdasan dan cara berpikir yang extra ordinary itu dimanfaatkan Sherlock untuk memecahkan kasus-kasus kriminal yang rumit dan unsolveable yang kepolisian sudah tidak bisa mengatasinya lagi.

Hanya dengan memecahkan kasus-kasus kriminal yang rumit itu Sherlock tidak didera kebosanan yang menyiksa dan membunuhnya perlahan-lahan. Dia adalah seorang criminal-case-solver-junkie. Dia hanya menerima kasus-kasus yang rumit dan menolak mentah-mentah kasus yang menurutnya membosankan.

Cerita diawali sejak pertemuan pertama Sherlock dengan John Watson, seorang dokter bedah yang juga tentara veteran di Afganistan yang pernah tertembak kakinya sehingga jalannya harus memakai tongkat, namun ternyata rasa sakit di kakinya itu hanyalah psikosomatis belaka, bisa begitu ya?

Setelah pertemuannya dengan Sherlock dan kolaborasi mereka memecahkan kasus-kasus kriminal, tiba-tiba rasa sakitnya hilang dan dia bisa berjalan biasa saja tanpa tongkat, mungkin karena akhirnya dia menemukan apa yang menjadi passion-nya dan sekaligus partner yang sefrekuensi, seperti kata Sherlock, “us against the world, what can be better than that”.

Kisah dalam serial ini adalah seputar petualangan Sherlock dan John memecahkan kasus-kasus kriminal rumit yang dimulai dari flat mereka di Baker Street No. 221B, dihiasi dengan kisah tentang hubungan-hubungan Sherlock dengan orang-orang yang mencintai dan peduli padanya, yang mana dia tidak memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan juga perilakunya kepada orang-orang ini like a normal human being, hehehe.

Ada Molly Hooper, seorang dokter spesialis otopsi yang selalu mencintainya, Mrs. Watson pemilik kontrakan yang sangat menyayanginya, Greg Lastrade seorang penyidik kepolisian yang selalu peduli padanya, Mycroft Holmes kakak laki-laki yang selalu melindunginya, dan tentu saja John Watson sendiri yang adalah soulmate bagi Sherlock.

Hubungan antara Sherlock dan John ini sangat unik dan lucu. They love each other, they need each other, and they can’t live without each other. But no, it’s not sexual love, it’s not that kind of love, it’s a platonic love, cinta antara sesama makhluk ciptaan Tuhan di luar cinta yang erotis atau seksual.

Ada berbagai macam jenis cinta di dunia ini ya selain erotic love, seperti cinta kita pada keluarga kita, pada sahabat kita, pada orang yang kita kagumi, pada rekan kerja kita, pada binatang peliharaan kita, dan sebagainya.

Karena akan menyedihkan banget kalau orang hanya mengenal cinta erotis/seksual saja. Itulah kenapa aku selalu suka dengan cerita-cerita yang mengeksplorasi jenis-jenis cinta yang lain. Bahkan ketika John akhirnya menikah dengan Mary pun, kedua orang suami istri ini akhirnya juga sama-sama menyayangi Sherlock dan bahkan rela mati untuknya.

Sherlock sendiri, dia sampai membuat sumpah bahwa dia akan selalu melindungi ketiga belahan jiwanya tersebut (John, Mary, dan anak mereka Rosie) walaupun butuh waktu lama sekali dan usaha ekstra bagi Sherlock untuk bisa mengekspresikan perasaannya tersebut. Dan adegan-adegan yang menggambarkan hal itu lucu sekali, hehehe.

Begitu pula hubungan bromance Sherlock dengan kakaknya, Mycroft, seorang agen intelijen Inggris; sangat unik, manis, lucu, dan menarik. Mycroft tahu dan hapal betul dengan karakter dan kecerdasan adiknya ini, karena dia sendiri juga kayak gitu, hahaha, kalau dalam bahasa Sherlock, “sociopath who know nothing about human, nature, or human nature”. Nah lebih lucu lagi, mereka berdua ini punya adik perempuan, Eurus Holmes, yang kayak gitu juga, my God, ada 3 coba mahkluk seperti itu.

Eurus ini bahkan sampai harus dikurung di sebuah asylum di pulau terpencil karena kecerdasannya yang extraordinary itu membahayakan keselamatan seluruh warga Inggris. Nah ini yang membuatku menuntut penjelasan, pasti ada sesuatu di masa lalu hingga mereka bertiga menjadi orang yang extremely unik seperti itu, harus ada penjelasannya lah, harus banget, dan memang ada penjelasannya, latar belakang masa lalu yang membuat kita bisa memahami kenapa tiga kakak beradik itu menjadi seperti itu.

Sekaligus menjelaskan kenapa Sherlock sangat menyayangi dan melindungi John dan anak istrinya. Ini yang aku senang, meskipun hanya sebuah film atau cerita tapi tetap harus masuk akal dong, itu yang akan membuat film/cerita itu jadi bagus dan realistis. Terkadang itu yang sering dilupakan oleh para movie maker atau story writer di Indonesia.

Aku juga suka banget bagaimana film ini menggambarkan dunia pikiran Sherlock, atau Sherlock menyebutnya “mind palace”. Jadi Sherlock ini sering tiba-tiba harus pergi ke mind palace-nya itu, dan itu digambarkan secara visual dong, sehingga kita sebagai penonton bisa seperti benar-benar berada dalam dunia pikirannya Sherlock.

Di situ ada tulisan-tulisan yang bertebaran, image-image yang berkelebatan, kejadian-kejadian yang datang dan pergi, dan analisis-analisis yang bermunculan. Sangat indah. Terkadang bahkan kita dibuat sering tidak menyadari, ini mana yang dunia nyata dan mana yang dunia pikiran Sherlock.

Aku juga suka bagaimana serial ini memvisualkan adegan-adegan bahagia dengan gambar yang sangat terang dan bercahaya, juga banyaknya scene-scene yang berkelebatan dan wajah-wajah yang di-close-up membuat serial ini secara visual pun sangat unik dan menarik.

Soal Benedict Cumberbatch sebagai Sherlock, ga usah dibahas lah ya, sudah jelas, hahaha, that-make-you-turn-on-just-to-watch-him-doing-nothing-kind-of-guy ini cocok pakai banget memerankan konsultan kriminal legendaris Inggris ini. His green eye, his tall figure, his curly hair, his look, his outfit, his expression, his talks, his way when he look at something/someone, his everything, cocok banget sebagai Sherlock, tidak akan ada Sherlock lain yang lebih cocok dari Sherlock Cumberbatch ini, jangan protes ya, kan sudah aku peringatkan sejak awal kalau aku bakalan bias.

Martin Freeman dan pemain-pemain yang lain juga cocok dan pas banget memerankan karakter-karakter mereka.

Serial ini literally make me can’t stop watching it, bahkan di antara deadline-deadline pekerjaan itu, agenda-agenda ketemu teman itu, aktivitas-aktivitas lain yang harus dilakukan itu, I still can manage my time to watch this serial and finish it just in a really few days, and even, I plan to watch it all over again.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Artikel Gaya Hidup