post image
Emotional eating dinilai berisiko bagi kesehatan (Foto: Pixabay)
KOMENTAR

Banyak cara untuk menghibur diri saat perasaan sedih melanda. Salah satunya adalah dengan makan sepuasnya. Es krim, pizza, burger, atau makanan favorit lainnya dinilai bisa membuat perasaan membaik. Setidaknya jika hati sedang sakit, perut tetap bahagia dengan makan makanan yang disukai.

Kasus semacam ini memang kerap terjadi. Dilansir dari National Geographic Indonesia, ada beberapa wilayah di otak manusia yang mendapatkan kebahagiaan dari makanan yang berlemak atau makanan manis. Sejumlah studi psikologi juga mengatakan, perilaku untuk mendapatkan kebahagiaan akan diulang-ulang oleh otak manusia. Artinya, jika kamu merasa mendapat bahagia dari makanan, maka kamu akan melakukannya lagi dan lagi.

Emotional eating biasanya dikaitkan dengan perasaan negatif, gelisah, takut, sedih, bosan, kesepian, marah, dan stres. Ketika kamu merasakan emosi tersebut, kamu bisa saja menghabiskan banyak makanan tanpa berpikir risikonya.

Meski demikian, kebiasaan yang dikenal dengan emotional eating ini bukan solusi terbaik untuk menghadapi masalah. Emotional eating memang memberikan manfaat namun hanya sementara. Sementara itu, emotional eating akan membuat kita tidak sehat dengan kenaikan berat badan.

Makanan yang biasanya dikonsumsi saat emotional eating adalah makanan yang mengandung banyak kalori dan karbohidrat. Misal, es krim, biskuit, pizza, burger, kentang goreng, dan lain-lain. Selain itu, emotional eating bisa membuatmu makan tiga kali lebih banyak dari biasanya.

Dengan demikian, kebiasaan emotional eating akan mengarah pada siklus yang tidak sehat. Setelah makan dengan berlebihan, mungkin kamu akan merasa kecewa karena berat badanmu meningkat dan hal ini kembali membuat perasaanmu memburuk. Lantas amu akan kembali melakukan emotional eating untuk mengatasi perasaan tidak nyaman tersebut.

Jika kamu ingin menghentikan kebiasaan emotional eating, kamu bisa melakukannya dengan mengalihkan perhatian selama lima menit dari makanan. Lakukan kegiatan lain, seperti berjalan kaki, mendengarkan lagu kesukaanmu, menari, mengobrol dengan teman, ke luar ruangan, dan lain-lain. Semakin banyak aktivitas yang kamu lakukan untuk mengalihkan perhatian dari makanan, maka semakin mudah untuk mengatasi kebiasaan emotional eating.

Selain itu, kamu bisa belajar mengendalikan emotional eating dengan mengenali rasa lapar. Jika kamu ingin makan, pastikan apakah kamu benar-benar lapar atau hanya melampiaskan emosi? Tunda jam makanmu jika ternyata kamu hanya ingin melampiaskan emosi dan alihkan dengan kegiatan lain.

Jika cara-cara ini belum berhasil, kamu bisa meminta saran dari tenaga profesional. Mereka akan membantumu memahami kebiasaan emotional eating serta cara-cara untuk menghentikannya.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Artikel Gaya Hidup