Gerlam atau Gerbang Lama menjadi salah satu area ikonik di Jatinangor, khususnya Unpad yang pasti sangat dikenal oleh kalangan mahasiswa Unpad. Bagaimana tidak, Gerlam meskipun sempit itu nyatanya mampu memberikan kita sensasi seperti berada di mini Diagon Alley ala Harry Potter dengan kearifan lokal tentunya. Beraneka macam makanan, minuman, buku, alat tulis, aksesoris, jasa fotokopi, sampai bunga pun dijual di sana. Melewati Gerlam pada siang hari sama ramainya dengan pemandangan Diagon Alley menjelang musim sekolah.
Di Gerlam kamu bisa menemukan beraneka makanan seperti ketoprak, nasi gila, batagor, mi ayam, lontong kari, sampai makanan khas Korea yaitu tteokbokki. Macam-macam minuman olahan juga tersedia di Gerlam. Kalau kamu harus memfotokopi materi kuliah, kamu bisa ke Gerlam.
Tiba-tiba merasa kegerahan dan butuh ikat rambut, tinggal beli di Gerlam aja. Mau cari buku materi, novel, kamus, buku-buku filsafat, sampai buku-buku motivasi juga bisa ditemukan di Gerlam.
Mau kasih hadiah bunga buat gebetan? Beli di Gerlam juga bisa. Begitu macamnya hal-hal yang dijual di Gerlam membuat tempat itu padat setiap harinya, apalagi Gerlam menjadi salah satu akses yang harus dilalui pejalan kaki kalau mau ke kampus Unpad.
Tapi Gerlam ternyata bukan cuma memberikan pemandangan hiruk-pikuk atau transaksi jual beli saja. Kalau kamu mau menyempatkan diri untuk berdiam agak lama di sana sambil menikmati segelas es pisang ijo, kamu bisa melihat bahwa Gerlam juga ternyata diisi oleh beberapa pengamen yang tak jarang alunan musiknya cukup enak untuk dinikmati.
Atau kamu bisa melihat bapak-bapak tua yang berjualan alat tulis dan jepit rambut sambil ditenteng atau ibu-ibu renta yang menjajakan makanan ringan. Pemandangan seperti itu mungkin biasa saja dan sering ditemui di tempat lain, tapi melihat betapa seringnya para mahasiswa menyisihkan uang mereka untuk sekadar memberi atau membeli, bahkan membelikan sepiring makanan untuk mereka rasanya sangat menyejukkan di tengah cuaca Jatinangor yang kerap panas itu.
Gerlam, penjual, mahasiswa, dan pengamen yang mengisi ruas jalan sempit itu rasanya adalah satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. Sayang, pandemi saat ini membuat Gerlam jadi sepi dan kosong. Semoga secepatnya kita bisa bersua dalam hingar-bingar Gerlam, ya.
KOMENTAR ANDA