post image
Australia.
KOMENTAR

Ketika saya dan dua sahabat berlibur ke Perth, cuaca disana cerah akan tetapi suhu udaranya dingin. Semua orang berpakaian hitam-hitam di luar rumah untuk menahan suhu. Kami yang tidak mempelajari tentang suhu tentu membawa banyak pakaian berwarna cerah. Di lampu merah penyeberangan jalan, tentu kami yang terlihat seperti turis dengan kostum yang demikian. Perth terletak di Australia Barat, bukan kota yang ramai dan memiliki ruang terbuka hijau yang sangat luas.

Salah satu pengalaman lucu adalah soal bahasa dan dialek. Tentu mereka menggunakan Bahasa Inggris. Akan tetapi ada banyak istilah slang dan pengucapan yang berbeda dengan yang biasa kita dengar dari film-film berbahasa Inggris. Kami tidak punya kendala komunikasi sampai kami bertemu sopir bus dan kami menanyakan arah.

Sopir bus ini laki-laki berwajah ramah dengan tubuh besar yang bersusah payah menjelaskan jalur yang harus kami tempuh. Selama tiga atau empat menit dia bicara, tidak satu pun kata yang bisa kami tangkap. Ujung-ujungnya kami semua tertawa karena sadar bahwa kami tidak bisa berkomunikasi dan saya akhirnya menggunakan google map.

Pengalaman lain yang lumayan mengagetkan adalah ketika kami berkunjung ke toko kecil tidak jauh dari hotel. Toko ini kami kunjungi setiap pagi karena punya mesin kopi enak dan murah. Di hari ke sekian kami mengunjungi toko, kami melihat satu perempuan menahan pintu toko sementara satu temannya yang laki-laki mengambil beberapa makanan lalu keluar tanpa membayar.

Penjaga toko yang seorang Chinese mengunci mesin kasir dan berjalan keluar toko menegur. Lalu kami melihat penjaga toko adu mulut dengan dua orang tadi yang rupanya adalah homeless people yang kerap datang dan mencuri. Penjaga toko masuk untuk melayani kami sambil bergumam, “This is not ok. I will call the police.”

Di hari terakhir, saya menyempatkan mampir ke sebuah salon kecil yang sepi. Saya mampir karena dia punya jasa cukur alis pakai benang yang saya belum pernah mencoba. Pelayannya perempuan India berusia tigapuluhan. Ia baru dua tahun tinggal di Perth.

Suaminya bekerja sebagai cleaning service di sebuah kantor. Ia punya satu anak yang ia tinggalkan bersama keluarganya di India. Tidak ada lapangan pekerjaan, katanya. Ia menambahkan, India miskin dan korupsinya tinggi. Ia tidak memilih, tapi nasib mengantarnya sampai ke Perth dan harus meninggalkan anaknya. Karena masih ada sisa uang, saya tambah jasa pembuatan hena di tangan.

Selebihnya Perth menyenangkan. Kami berkunjung ke penjara Freemantle dan ada pusat oleh-oleh yang banyak orang Malaysia. Orang Indonesia juga tidak sulit ditemui disana. Ada rumah makan Padang langganan kami yang harganya lumayan bersahabat. Ketika kami disana juga sedang ada pagelaran seni dari Indonesia berupa tarian, gamelan serta booth makanan Indonesia. Kami bertemu Koala yang tidak ramah dan Kangguru yang sulit difoto karena larinya sangat cepat. Dan sebelum pulang, kami sekali lagi menghabiskan sore di Kings Park.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Artikel Gaya Hidup