post image
Gaya hidup modern diduga berkaitan dengan penyebab autoimun (Foto: Contestbgc)
KOMENTAR

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit yang berasal dari virus, bakteri jahat, parasit, atau pantogen lainnya. Itu sebabnya, manusia harus senantiasa menjaga sistem imunnya tetap prima agar mampu menjaga ketahanan tubuh dengan baik.

Sistem imun bukan hanya bisa melemah, tapi juga bisa memiliki gangguan lain, salah satunya adalah penyakit autoimun. Dalam kondisi ini, sistem kekebalan tubuh tidak bisa lagi membedakan sel jahat dan sel baik, tidak lagi mampu mendeteksi mana penyusup pantogen dan sel yang memang berasal dari tubuh. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh hingga memicu terjadinya peradangan.

Di Jerman, jumlah penderita autoimun meningkat drastis selama empat dasawarsa terakhir. Lima hingga delapan persen dari total penduduk Jerman yang berjumlah 80 juta orang tercatat mengidap autoimun. Hingga kini para ilmuwan masih mencari penyebab gangguan sistem kekebalan tubuh ini. Tapi yang pasti, penyakit ini masih belum bisa disembuhkan. Para dokter saat ini baru sebatas bisa mengendalikannya.

“Kami mencatat kenaikan drastis penyakit autoimun dalam 50 tahun terakhir, seiring menurun drastisnya penyakit infeksi,” kata Professor Michael Radke dari rumah sakit Universitas Rostock, dikutip dari Kompas, Selasa, 23 Juni 2020.

Catatan medis Jerman mencatat, persentase populasi yang mengidap autoimun kini meningkat dua kali lipat dibanding 40 tahun lalu. Sejauh ini, para dokter pun telah membagi penyakit autoimun ke dalam dua jenis. Pertama, autoimun yang menyerang organ tubuh tertentu seperti usus atau kulit. Sedangkan jenis kedua, sistem kekebalan tubuh menyerang seluruh sistem tubuh.

Memang penyebab pasti penyakit ini belum ditemukan, namun para ilmuwan menduga gaya hidup modern menjadi salah satu pemicunya, misalnya, proses persalinan yang dibantu operasi caesar. Dalam persalinan caesar, bayi lahir secara steril sehingga tidak kontak dengan bakteri atau virus. Hal itu menyebabkan, sistem kekebalan tubuh sang anak tidak belajar atau tidak terbiasa membuat beragam pantogen di lingkungan hidupnya menjadi tidak berbahaya.

Ditambah lagi, saat ini banyak bahan makanan yang diproses dengan cara membunuh bakteri agar bisa tahan lama. Akibatnya, banyak anak yang sistem kekebalan tubuhnya tidak berfungsi dalam melindungi tubuh dari bibit penyakit dan penyusup pantogen.

“Dalam jangka panjang, kondisi steril suatu waktu akan memicu kebingungan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya sistem kekebalan memicu proses peradangan pada tubuh sendiri,” ujar Radke yng juga berprofesi sebagai dokter anak, melansir Kompas, Selasa, 23 Juni 2020.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Artikel Gaya Hidup