post image
Sunat di masa pandemi memiliki protokol khusus (Foto: Ibupedia)
KOMENTAR

Seperti yang sudah kita rasakan sekarang, tidak sampai 6 bulan, pandemi Corona mampu mengobrak-abrik tatanan sosial masyarakat. Selama ini pegawai kantor mungkin tidak pernah membayangkan bisa mengerjakan seluruh tugasnya dari rumah, Supir ambulans tidak membayangkan dirinya akan berkendara sambil menggunakan APD super gerah, pemilik mall tidak pernah membayangkan akan menutup pusat perbelanjaan miliknya selama berbulan-bulan padahal sedang tidak bangkrut.

Corona dengan segala dampak yang dibawanya memang bertugas untuk mengingatkan manusia: semuanya bisa terjadi tanpa perlu dibayangkan terlebih dahulu. Kini jikamau selamat, manusia harus menaati protokol kesehatan yang telah ditentukan oleh para ahli kesehatan. Bukan hanya saat bekerja atau bermain di mall, tapi juga untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan seperti, sunat.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, melakukan sunat atau khitan adalah suatu bentuk kepatuhan terhadap ajaran agama. Tapi dari segi medis, memotong kuncup penis juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Namun di tengah pandemi saat ini, amankah melakukan sunat? Atau jangan-jangan anak laki-laki baru boleh disunat jika virus Corona telah lenyap? Bagaimana Jika virus ini tidak kunjung hilang?

Ahli kesehatan membantu menjawab berbagai kegelisahan masyarakat terkait keamanan melaksanakan sunat di tengah pandemi. Sama seperti kegiatan lainnya, layanan sunat di klinik atau rumah sakit pun menerapkan protokol new normal. Tidak ada larangan bagi masyarakat yang hendak sunat atau menyunatkan, tapi ada penyesuaian yang harus dipatuhi demi keselamatan bersama.

“Dari sisi pembatasan kontak, kami membuat SOP (petugas) harus dengan APD lengkap, level 2 sampai level 3,” kata dr. Dien Kurtanty, Manager Klinik Kimia Farma, dikutip dari Detik. Menurut dr. Dien, APD level 2 dan level 3 merupakan APD standar yang digunakan di rumah sakit.

Melansir Detik, tidak hanya penggunaan APD bagi para petugas, alat dan metode yang digunakan pun turut disesuaikan. Waktu menjadi pertimbangan utama terkait alat dan metode yang digunakan. Semakin cepat pengerjaan, maka semakin cepat juga kontak antara petugas dengan pasien sehingga risiko terjadi penularan Covid-19 pun semakin kecil.

“Yang akan berbeda bagi pasien, experience didatangi tim yang akan berpakaian hazmat seperti astronot. Ini tantangan tersendiri untuk berkomunikasi menenangkan anak,” pungkas dr. Dien.

Mungkin memang ada tekanan yang jauh lebih berat yang dirasakan oleh seorang anak laki-laki ketika kulit penisnya harus dipotong oleh petugas berpakaian mirip astronot. Tapi jika petugas mampu berkomunikasi dengan baik, ditambah penjelasan dari orang tua, anak pasti akan mengerti dan bisa lebih tenang menghadapi situasi tersebut.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Artikel Gaya Hidup