post image
Ilustrasi Sunmor Gasibu. Gambar dari Google.
KOMENTAR

Buat kalian yang tinggal di sekitar Dipatiukur pasti tidak asing dengan istilah Sunmor? Sunmor adalah sebutan pendek untuk Pasar Sunday Morning Gasibu. Sunmor ini merupakan pasar dadakan yang ada setiap hari Minggu, dari mulai Monumen Perjuangan, lalu sepanjang Gedung Telkom hingga ke tepian Lapangan Gasibu. Ia berlangsung sejak pukul 6 pagi hingga menjelang siang sekitar pukul 11. Jadi, meskipun berpakaian olahraga lengkap, biasanya motivasi utama mahasiswa ke Sunmor adalah window shopping.

Apa saja dijual di Sunmor? You name it. Mulai dari kebutuhan rumah tangga dari teras hingga kamar mandi. Dari spare part elektronik hingga perangkap tikus tradisional. Di Sunmor juga tersedia pakaian segala usia segala kualitas. Dari brand komersial hingga pakaian bekas layak pakai. Kalau beruntung, bisa dapat yang bekas, branding dan masih sangat layak pakai dengan harga miring hingga terjun bebas. Saya dan beberapa teman juga pernah berjualan pakaian yang kami beli di Gedebage lalu kami cuci dan kami jual dengan kondisi baik.

Bukan hanya itu, makanan yang dijual di Sunmor pun banyak sekali ragamnya. Dari harga seratus rupiah untuk cilok hingga tiga puluh ribu rupiah untuk sate padang. Rasanya, memang dua ratus ribu tidak akan cukup untuk memenuhi keinginan berbelanja di Sunmor. Kadang barang yang dibeli terutama oleh mahasiswa bukan barang yang benar-benar dibutuhkan, seperti pajangan, tanaman kaktus atau ikan dalam toples yang akan mati dalam hitungan hari dan berakhir sebagai sampah. Tetapi, kenikmatannya tentu sebanding dengan berpanas-panasan selama beberapa jam untuk menelusuri satu demi satu stand yang ada.

Februari lalu, saya kembali berkunjung ke Bandung, dan karena bertepatan juga dengan Hari Minggu, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Sunmor. Saya menikmati sepiring nasi gulai dan segelas jeruk peras. Harganya tentu tidak lagi murah, bahkan bagi saya yang sudah bekerja. Tentu tidak bisa dibandingkan dengan harga dua puluh tahun yang lalu. Dari banyaknya perubahan tentang Dipatiukur dan sekitarnya, Sunmor bertahan sebagai sebuah tradisi pertemuan penjual dan pembeli dari seluruh lapisan ekonomi.

Meskipun sudah ada layanan belanja online dengan berbagai platform, rasa-rasanya saya masih ingin selalu kembali ke Sunmor. Sunmor dan segala ceritanya akan tetap hidup menjadi rutinitas yang turut menghiasi indahnya Kota Bandung.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Artikel Gaya Hidup