post image
Wartel, "Bilik Ajaib" Penyambung Telekomunikasi Jutaan Rakyat/GNFI
KOMENTAR

Bandung adalah salah satu kota destinasi pendidikan di Jawa Barat. Selain Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), sederat kampus ternama lain juga menjadi bagian dari perkembangan dinamika pendidikan di Bandung.

Sebagai destinasi pendidikan, banyak pelajar yang berasal luar daerah Bandung, baik masih di dalam maupun di luar Pulau Jawa. Salah satu pendukung pemenuhan kebutuhan komunikasi para pelajar dari luar Bandung adalah wartel atau Warung Telekomunikasi.

Bagi generasi sekarang yang akrab dengan gawai (smartphone), tentu asing dengan istilah 'wartel'. Akan tetapi, bagi generasi tahun 2000 yang pernah mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Bandung, wartel tentu menjadi kebutuhan sekunder bahkan primer.

Hampir di setiap gang tersedia wartel. Ada yang ukurannya kecil dengan satu kamar bicara, sampai yang skala korporat dengan lebih dari sepuluh kamar bicara. Untuk wartel yang ada di gang di dekat lokasi indekos pelajar dan mahasiswa, biasanya dikelola secara mandiri.

Sedangkan wartel yang ada di pinggir jalan raya, biasanya dikelola oleh perusahaan. Pada era tersebut, keberadaan wartel sangat mudah diakses.

Wartel juga menyediakan layanan seperti layanan lokal, interlokal, saluran lokal jarak jauh, bahkan ada beberapa yang menyediakan layanan untuk sambungan internasional. Untuk biaya, tentu menyesuaikan dengan jenis layanan serta durasi pemakaian.

Keberadaan wartel juga menumbuhkan budaya mengantre dan tau diri. Jika ada yang ingin menggunakan jasa telepon mau tidak mau harus mengantre hingga pengguna sebelumnya selesai. Pengguna wartel biasanya akan menggunakan wartel dengan bijak, karena ada kesadaran bahwa sedang ada orang lain juga menunggu giliran. Selain itu, pengguna wartel jarang membicarakan masalah pribadi saat memakai jasa telekomunikasi tersebut.

Keberadaan warung telekomunikasi kini tergantikan dengan kehadiran gawai. Bisnis wartel yang pernah berjaya pada masanya, kini tidak lagi menjanjikan. Setiap orang punya alat komunikasi pribadi yang lebih nyaman dan lebih terjaga privasinya.

Jika pada tahun 2000-an awal keberadaan gawai belum begitu populer seperti saat ini. Kini dengan harga gawai, pulsa, dan paket data murah bahkan layanan wifi bisa diakses dengan mudah. Bisa dikatakan dari orang dewasa hingga anak-anak memiliki gawai.

Kini, kisah tentang kejayaa wartel di masa lalu, hanya bisa dinikmati melalui telepon genggam.

KOMENTAR ANDA

Dosen FKG Unpad Beri Tips Obati Sakit Gigi yang Bisa Dilakukan Sendiri

Sebelumnya

5 Jenis Sayuran Hijau Paling Sehat

Berikutnya

Artikel Gaya Hidup