post image
Sumber: Google
KOMENTAR

Sahabat saya, seorang perempuan kepala empat, menggunduli kepalanya. Ia tidak sedang sakit atau mengikuti trend terkini, namun ia sedang menunjukkan solidaritasnya bagi para pejuang kanker yang harus kehilangan rambut karena proses kemoterapi.

Gundul bukan hal yang aneh bagi laki-laki, akan tetapi masih dianggap tidak lazim bagi perempuan. Stereotype tentang cantik yang dilekatkan pada perempuan menghasil ratusan iklan shampo dan terus mereproduksi ide bahwa rambut adalah mahkota bagi perempuan. Persepsi kita tentang cantik dan bagus, digiring mengikuti trend pasar. Dua puluh tahun lalu, meluruskan rambut menjadi jasa pelayanan yang paling laris di banyak salon. Tidak lurus tidak cantik.

Trend ini terus berubah sejalan dengan perubahan pasar. Akan tetapi bangunan ide bahwa rambut adalah mahkota bagi perempuan tidak pernah didekonstruksi. Sejalan dengan trend hijab yang berkembang sepuluh tahun belakangan, ide ini berevolusi menjadi shampo hijab. Shampo yang khusus digunakan oleh perempuan berhijab untuk menjaga mahkotanya jangan sampai rusak ketika mengenakan hijab.

Mengapa kita menolak mentah-mentah ide bahwa rambut adalah mahkota? Sebegitu pentingkah punya mahkota? Sementara ada banyak hal bermanfaat yang bisa dilakukan perempuan yang tidak berhubungan dengan rambut indah atau konsep kecantikan lainnya. Yang dilakukan teman saya, adalah sebuah upaya menolak stereotype.

Gundul mengambil peran untuk merubah makna. Ia bukan lagi simbol kekalahan dalam perjuangan melawan kanker, akan tetapi sebuah kemenangan dalam menafsir ulang konsep cantik bagi perempuan. Gundul tidak hanya bentuk gerakan moral dan solidaritas, akan tetapi juga gerakan menolak stereotype dan dominasi pasar atas konsep cantik. Pada titik lain, gundul juga merupakan gerakan spiritual. Perempuan-perempuan yang memutuskan menjadi bikhuni menggunduli kepalanya sebagai bentuk pelepasan atas kemelekatan. Tentu dibarengi dengan sikap-sikap lain.

Menjadi berbeda adalah sebuah undangan sekaligus tantangan. Tentu saja memilih memiliki rambut atau menutupnya atau menjadi gundul adalah sebuah pilihan. Pilihan yang bermartabat tentu yang didasarkan pada rasa nyaman dan kebutuhan tubuh, tidak ditentukan oleh tafsir pasar.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual