post image
Ilustrasi tenaga kesehatan. PIXABAY/fernando ziminaichela
KOMENTAR

Belum lama ini, sebuah studi menemukan, tenaga kesehatan yang menangani kasus Covid-19 berisiko dua kali lebih besar mengalami burnout.

Baik dokter umum maupun spesialis rentan mengalami keletihan emosi dibandingkan mereka yang tidak menangani kasus Covid-19.

Temuan ini dikemukakan oleh Program Studi Magister Kedokteran Kerja, Fakultas Kedokteran (FK), Univesitas Indonesia (UI).

Magister FKUI melakukan studi potong lintang mengenai keletihan mental yang dialami para tenaga kesehatan.

Studi tersebut dilakukan dengan membagikan survei online kepada para tenaga kesehatan untuk diisi secara sukarela.

Setelah menghimpun data dari para tenaga kesehatan, tim peneliti melakukan pengamatan lebih lanjut.

Waktu penelitian dimulai sejak bulan Februari 2020 hingga bulan Agustus 2020. Berdasarkan data yang dihimpun pada bulan Juni 2020, terhadap responden 1.461 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.

Dilansir dari National Geographic Indonesia, tim peneliti menemukan, burnout dalam tingkatan rendah, sedang, hingga berat tengah dialami kalangan tenaga kesehatan Indonesia selama pandemi Covid-19.

Mayoritas tenaga kesehatan di Indonesia masuk dalam kategori sedang, yakni sebanyak 82 persen. Untuk kategori berat, didapatkan hasil satu persen.

Tim peneliti belum bisa menjelaskan hubungan antara karakteristik individu dengan burnout secara keseluruhan.

Namun, dokter yang sudah menikah ditemukan lebih rentan mengalami dua gejala burnout, yakni kehilangan percaya diri dan keletihan emosi.

Kemudian, dokter umum juga disebut lebih rentan mengalami tiga gejala burnout, yakni keletihan emosi, kehilangan empati, dan kehilangan percaya diri.

Sementara itu, tenaga kerja yang menangani kasus Covid-19 rentan mengalami keletihan emosi 1,6 kali lipat dan kehilangan empati 1,5 kali lipat.

Keletihan mental disebabkan oleh beban sistem layanan kesehatan yang sangat besar di masa pandemi sehingga memunculkan stres di kalangan tenaga kesehatan.

Burnout juga bisa menyebabkan gangguan mental sehingga penting untuk memperhatikan kesehatan mental para tenaga kesehatan di masa pandemi.

Ketua Tim Penelitian dari Program Studi MKK FK UI, dr.Dewi S. Soemarko, M, SpOK, mengatakan, temuan mayoritan tenaga kesehatan Indonesia mengalami burnout tingkat sedang tidak bisa disepelekan.

Temuan tersebut harus menjadi peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan karena burnout bisa semakin memburuk.

“Sehingga pemerintah perlu memberikan dukungan psikologis untuk tenaga kesehatan, yaitu memberikan fasilitas layanan konseling pada tenaga kerja yang membutuhkan,” ujar Dewi.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual