post image
Ilustrasi ikan mati (Foto: ANTARA)
KOMENTAR

Perubahan iklim yang terjadi akibat aktivitas manusia memang semakin mengkhawatirkan. Sudah banyak penelitian menyatakan, jika tidak ada perubahan signifikan yang dilakukan oleh penduduk dunia dalam waktu dekat dan berkepanjangan, maka akan ada banyak kehancuran yang terjadi di Planet Bumi. Hal itu sama saja dengan menyiapkan kehancuran bagi kehidupan manusia.

Seringkali, manusia tidak merasa terhubung atau menjadi bagian dari lingkungan hidupnya. Dampaknya, manusia kerap kali tidak merasa khawatir dengan kerusakan alam yang terjadi di sekitarnya. Padahal, kerusakan alam tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kehidupannya di masa kini dan masa depan. Sekali lagi, kerusakan alam adalah kehancuran kehidupan manusia.

Salah satu penelitian yang dilakukan tim ilmuwan baru-baru ini kembali menemukan fakta mengerikan. Menurut para peneliti, perubahan iklim yang sedang terjadi akan menaikkan suhu laut dan menjadikannya terlalu panas bagi 60 persen spesies ikan yang tinggal di lautan seluruh dunia. Dalam kondisi laut yang panas, pengembangbiakan dan embrio ikan tidak akan bisa bertahan.

Menurut kesepakatan perubahan iklim Paris tahun 2015, jika laut mengalami peningkatan suhu sebesar 1,5 derajat celcius, maka akan ada 10 persen ikan yang tidak mampu bertahan. Para peneliti pun menambahkan, jika suhu laut meningkat hingga 5 derajat celcius, maka pada tahun 2100 akan ada 60 persen spesies ikan di seluruh dunia yang punah.

Dilansir dari cnnindonesia.com, para ilmuwan melakukan analisis terhadap sejumlah literatur ilmiah terkait pengaruh suhu panas terhadap 694 spesies ikan air tawan dan ikan laut. Tim peneliti tersebut memperhitungkan perbedaan antara ikan dewasa yang tidak bertelur dengan yang bertelur, larva, dan embrio.

Hasilnya, ikan dewasa biasanya dapat bertahan di dalam kisaran suhu 27,5 derajat celcius. Sedangkan pemijah dan embrio rata-rata bertahan pada suhu 7,2 derajat celcius dan 8,4 derajat celcius.

Dikutip dari cnnindonesia, Hans-Otto Portner, salah seorang peneliti di Alfred Wegenner Institute Bremerhaven, Jerman, menyatakan bahwa manusia harus berubah untuk melindungi ekosistem dan lingkungan hidup. Jika tidak, manusia akan kehilangan salah satu sumber nutrisinya.

“Ikan sangat penting bagi nutrisi manusia, jadi penelitian ini menjadi bukti kuat untuk melindungi ekosistem dan lingkungan alami kita,” kata Hans-Otto Portner, dikutip dari cnnindonesia.com.

Portner menjelaskan bahwa oksigen lebih mudah larut di dalam air yang lebih dingin ketimbang pada air hangat. Sedangkan embrio dan ikan petelur membutuhkan oksigen dalam kadar yang lebih banyak, itu sebabnya mereka lebih rentan dan tidak toleran terhadap pemanasan laut.

Manusia masih memiliki banyak waktu untuk secepatnya mengubah gaya hidupnya yang merusak. Tapi jika tidak, 2100 akan terasa sangat cepat dan tanpa sadar, manusia telah kehilangan banyak hal dari alam dan menyiapkan kehancurannya sendiri.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual