post image
Dubes RI untuk Thailand, Ahmad Rusdi/Repro
KOMENTAR

Di awal penyebaran virus corona baru atau Covid-19, Indonesia dan Thailand sempat saling kejar dalam hal jumlah kasus dan korban yang meninggal dunia. Belakangan, Indonesia berhasil meninggalkan Thailand jauh di belakang.

Begitu ilustrasi yang digunakan Dutabesar Indonesia untuk Thailand, Ahmad Rusdi, ketika berbicara dalam diskusi virtual yang diselenggarakan komunitas alumni Universitas Padjadjaran, Unpaders, Minggu siang (7/6).

“Thailand dan Indonesia sempat saling berlomba. Tapi sekarang Thailand ketinggalan jauh,” ujar Dubes Ahmad Rusdi.

“Sayangnya bukan mengumpulkan medali di arena kompetisi olahraga,” sambungnya dalam diskusi virtual bertema “New Normal dalam Perspektif Dunia Usaha dan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Nasional” yang juga menghadirkan Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, MS Hidayat, sebagai pembicara pendamping.

Diskusi virtual ini diselenggarakan dalam rangka peluncuran aplikasi Unpaders. Diskusi dipandu Founder Unpaders Irawati Hermawan yang didampingi Co-founder Teguh Santosa.

Disebutkan oleh Dubes Ahmad Rusdi, sampai hari Jumat kemarin (5/6), Thailand mencatat sebanyak 3.102 kasus Covid-19. Dari angka itu 2.971 pasien berhasil disembuhkan, dan 58 lainnya meninggal dunia. Untuk hari itu (Jumat, 5/6) Thailand mencatat satu kasus baru.

Sementara di hari yang sama, Indonesia mencatat 29.521 kasus Covid-19, bertambah 703 kasus dari hari sebelumnya. Sebanyak 9.443 pasien sembuh, dan 1.770 lainnya meninggal dunia.

Dalam penjelasannya, Dubes Ahmad Rusdi mengatakan, pemerintah Thailand menetapkan situasi kegawatan nasional pada 25 Maret dan berlangsung hingga 30 Juni yang akan datang.

Selama masa State of Emergency ini  pemerintah membatasi pergerakan warganegara, termasuk menghentikan untuk sementara penerbangan baik domestik maupun internasional. Masyarakat juga dilarang berkumpul. Sekolah, perkantoran dan bisnis non-esensial ditutup. Secara umum diberlakukan jam malam dari pukul 22.00 hingga 4.00 dinihari.

Pukulan Sektor Ekonomi

Seperti di negara-negara lain, perekonomian Thailand mengalami pukulan yang cukup signifikan. Bila sebelumnya pertumbuhan ekonomi Thailand di tahun 2020 diperkirakan antara 2,7 sampai 3,7 persen, maka setelah pagebluk Covid-19 pertumbuhan ekonomi Thailand hanya berada pada kisaran 1,5 sampai 2,5 persen.

Diperkirakan Thailand mengalami kerugiaan sebesar 220 miliar Baht atau 7,3 miliar dolar AS. Sementara kerugian ekspor diperkirakan sebesar 44 miliar Baht atau setara 1,4 miliar dolar AS.

Dampak ekonomi lainnya berupa pertambahan jumlah pengangguran di Thailand sebanyak 8,4 juta orang. Dari angka itu diperkirakan 2,5 juta orang dari sektor pariwisata, 1,5 juta orang dari sektor indusri dan 4,4 juta orang dari sektor jasa.

Masih dijelaskan Dubes Ahmad Rusdi, untuk memutus rantai penularan, pemerintah Thailand mengambil sejumlah kebijakan yang tegas.

Setidaknya ada enam program utama pemerintah Thailan. Pertama melakukan screening dan pembatasan perjalanan baik domestik maupun internasional. Kedua, menjamin kecukupan pelayanan medis termasuk penyediaan alkes dan obat-obatan, juga menjamin pasokan pangan.

Ketiga, pemerintah Thailand menjamin transparansi informasi publik terkait kasus Covid-19. Keempat, pemerintah menggencarkan kampanye “Stay at Home, Stop Disease”. Kelima, penetapkan protokol kesehatan social distancing, dan keenam meringankan dampak sosial dan ekonomi masyarakat.

Karena pelaksanaan kebijakan dilakukan dengan tegas dan terukur, akibatnya kasus Covid-19 di Thailand dapat ditekan cukup signifikan, dan pelonggaran kuncian dapat dilakukan lebih awal.

Disebutkan oleh Dubes Ahmad Rusdi, Thailand mulai membuka pasar, retail, usaha makanan, UMKM dan taman serta fasilitas olahraga publik, juga salon pada 30 April.

Lalu pada fase kedua, pemerintah mengurangi jam malam, menjadi dari pukul 23.00 sampai 4.00 dinihari. Pusat perbelanjaan atau mall, restoran, museum dan tempat publik lain juga dibuka pada fase yang dimulai tanggal 17 Mei.

Sementara pada fase berikutnya, dimulai tanggal 1 Juni, perjalanan domestik mulai diizinkan. Pemerintah melanjutkan pembukaan kegiatan ekonomi. Lokasi pameran mulai dibuka. Begitu juga tempat penitipan anak, bioskop, klinik kesehatan, museum dan tempat publik lainnya.

Repatriasi WNI

Dalam bagian lain, Dubes Ahmad Rusdi mengatakan selama masa pandemi Covid-19, KBRI Bangkok telah melakukan repatriasi WNI, termasuk  mahasiswa Indonesia, sebanyak tiga kali dengan menggunakan pesawat Garuda.

Pihak KBRI Bangkok melakukan berbagai pembicaraan dengan Kementerian Luar Negeri Thailand untuk mendapatkan izin memulangkan WNI ke tanah air.

Di sisi lain, bagi WNI yang ingin pulang, biaya yang dibutuhkan jadi lebih mahal karena harus melakukan serangkaian tes untuk memastikan tidak tertular Covid-19.

Pemulangan atau repatriasi WNI itu dilakukan pada 20 April, 23 April, dan 2 Mei, dengan jumlah total WNI yang dipulangkan sebanyak 394 orang.

Tanggal 11 Juni yang akan datang, menurut rencana KBRI Bangkok akan melakukan program repatriasi keempat. Penerbangan juga menggunakan pesawat Garuda yang berangkat khusus dari Jakarta.

Sementara pada tanggal 6 Juli mendatang, Thai Air direncanakan terbang ke Indonesia untuk menjemput sejumlah warganegara Thailand.

“Dalam penerbangan Thai Air dari Thailand, WNI bisa ikut terbang ke Jakarta,” sambungnya.

Dubes Ahmad Rusdi juga mengatakan, dirinya akan kembali ke Jakarta tanggal 1 Juli karena masa tugasnya di Bangkok telah berakhir.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual