post image
Setidaknya 5,000 hewan peliharaan telah ditemukan tewas. /Courtesy of animal rescue organization Wutuobang
KOMENTAR

Baru-baru ini warga Tiongkok dikagetkan dengan kematian massal dari berbagai jenis hewan. 

Tentunya di masa pandemi ini, banyak spekulasi yang beredar bahwa tragedi itu disebabkan oleh virus corona atau virus baru lainnya, sehingga tak sedikit warga yang dibuat ketakutan atas tragedi tersebut.

Setidaknya 5,000 hewan peliharaan telah ditemukan tewas dalam kotak kardus di sebuah fasilitas pengiriman di Tiongkok.

Hewan-hewan tersebut antara lain berupa, kelinci, marmut, kucing dan anjing, yang semuanya telah dikurung dalam kandang plastik atau logam lalu dibungkus dengan kardus berlubang untuk bernapas.

Investigasi telah dilakukan terhadap kejadian horor ini setelah hanya beberapa ratus hewan yang dapat diselamatkan.

Pendiri kelompok penyelamat hewan Utopia, Sister Hua, mengatakan, "Stasiun itu dipenuhi dengan kotak kardus yang di dalamnya terdapat ribuan hewan yang telah mati dan seluruh tempat itu berbau busuk."

"Rasanya seperti di neraka," ucapnya.

Dugaan pertama, kematian tragis tersebut merupakan akibat dari miskomunikasi dari pasokan industri pembiakan massal yang berkembang pesat di Tiongkok.  

Sebagaimana dikutip dari Daily Star, Kamis, 1 Oktober 2020, namun, setelah diselidiki lebih dalam, kebenarannya pun terungkap.

Ternyata alasan mengapa ribuan hewan tersebut mati adalah, mereka dibiarkan di dalam kandang tanpa makanan dan minuman selama kurang lebih seminggu, sebelum ditemukan di stasiun Logistik Dongxing di kota Luohe, Henan.

Sister Hua dan 20 relawan lainnya berhasil menyelamatkan 200 kelinci beserta 50 anjing dan kucing di tempat kejadian.

Dia mengatakan bahwa beberapa hewan selamat ada yang langsung diadopsi oleh penduduk lokal dan yang sakit parah dibawa ke klinik hewan untuk dirawat.

Sister Hua menjelaskan, kemungkinan besar hewan-hewan itu dibeli secara online sebagai hewan peliharaan tetapi ditinggalkan di depot logistik karena adanya penundaan pengiriman.

Diperkirakan perusahaan pengiriman yang terlibat bisa jadi telah menolak untuk menandatangani pengiriman yang melanggar undang-undang transportasi tersebut. 

Karena hukum Tiongkok melarang pengiriman hewan hidup dalam kemasan seperti itu.

"Miskomunikasi di dalam perusahaan dan inkonsistensi penerapan regulasi secara langsunglah yang menyebabkan tragedi mengerikan tersebut terjadi," ucap Hua.

"Tentu saja, tidak hanya pembeli dan penjual, perusahaannya juga harus bertanggung jawab," ucapnya.

Perusahaan pengiriman tersebut, Yunda, mengatakan kepada media lokal bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui insiden tersebut, tetapi stafnya telah mengonfirmasi bahwa mereka mengizinkan hewan hidup diangkut dalam kotak berlubang.

Otoritas setempat telah mengatur agar ribuan hewan mati tersebut dikumpulkan, didesinfeksi, dan dikuburkan.

"Mengingat pandemi Covid-19 yang kami hadapi, sangat menakutkan untuk memindahkan bangkai hewan-hewan itu secara manual," ucap Hua.

"Adopsilah hewan peliharaan yang anda inginkan, daripada membeli dan mengirimnya secara ilegal," ucap Hua. 

Ia juga menyerukan suara kepada pihak berwenang Tiongkok untuk menegakkan secara ketat aturan yang sudah ada terkait pengiriman hewan peliharaan.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual