post image
ilustrasi pasangan kekasih kerap dihantui rasa cemburu. /Pixabay.
KOMENTAR

Waspadalah jika Anda atau pasangan Anda gampang merasa cemburu atau cemburu berlebihan, karena itu mungkin saja gejala sindrom Othello.

Cemburu adalah emosi kompleks yang umum  dialami sebagian besar orang di waktu tertentu dalam periode kehidupannya. Kita semua memiliki tingkat kecemburuan.

Namun, belum adanya definisi tegas dan batasan atau konsensus jelas tentang apa yang disebut kecemburuan normal dan kecemburuan patologis membuat sindrom Othello belum begitu populer di kalangan masyarakat.

Secara etomologi, istilah "cemburu" mengacu pada rasa gairah, semangat, cinta untuk ditiru. Kecemburuan umumnya ditandai sebagai reaksi emosional negatif yang muncul saat seseorang kehilangan (atau takut kehilangan) hubungan yang berharga karena ancaman saingan, baik bersifat nonfiktif maupun imajinatif.

Berdasarkan tulisan dr. Dito Anurogo M.Sc dalam situs berita Antara, cemburu patologis terutama mengacu ke kondisi irasional.

Kingham dan Gordon (2004) menyatakan bahwa kondisi ini merupakan sekumpulan emosi dan pikiran irasional, dengan perilaku ekstrem atau tidak dapat diterima, di mana tema dominan tentang ketidaksetiaan pasangan tetapnya, yang tidak berbasis bukti.

Epidemiologi

Soyka dkk (1991) menemukan rasio jenis kelamin sama di usia tertentu. Berbagai referensi menyebutkan bahwa sebagian besar kaum Adam tersangkut kasus pembunuhan karena tragedi cemburu. Hal ini bukan berarti pria lebih cemburu dibandingkan perempuan.

Kecemburuan patologis merupakan kondisi berbahaya pada pria. Kemungkinan inilah sebab mengapa para psikiater lebih memperhatikan para pria yang cemburu. Perilaku mereka lebih sering terlibat kasus pembunuhan dan bunuh diri.

Universalitas kecemburuan seksual pria dan probabilitas perannya di berbagai tragedi pembunuhan telah terungkap di beragam studi lintas budaya.

Potret klinis

Penderita sindrom Othello menunjukkan perubahan mental yang nyata, misalnya agresi berlebihan, sikap permusuhan, dan mudah tersinggung.

Para penderita sindrom Othello dapat mengumpulkan bukti berbasis kejadian atau peristiwa secara acak, merekam percakapan, screenshoot media sosial di gawai, barang-barang atau perabotan rumah tangga yang salah tempat untuk mendukung kecurigaan mereka.

Perspektif forensik sindrom ini juga telah dijelaskan di beragam referensi, yakni kecemburuan delusional yang merupakan faktor risiko terjadinya kekerasan, pembunuhan, dan tindakan kriminal lainnya.

Sekitar 20 persen individu dengan sindrom Othello telah melakukan percobaan bunuh diri.

Terdapat perubahan personaliti dan perilaku yang signifikan pada penderita sindrom Othello. Jelaslah bahwa penderita sindrom Othello berpotensi membahayakan diri mereka sendiri.

Penanganan

Intervensi farmakologis dan terapi perilaku dialektikal merupakan opsi pilihan untuk mengatasi cemburu patologis. Di rumah sakit, keselamatan pasien diutamakan, intervensi kolaboratif dan komprehensif direkomendasikan sebagai tata laksana.

Penderita sindrom Othello harus mendapatkan penanganan profesional dari psikiater. Jenis obat, takaran, dan rekomendasi terapi yang lebih efisien akan diberikan oleh psikiater.

Dengan penanganan paripurna dan komprehensif, maka sindrom Othello segera teratasi, dan penderita dapat segera produktif.

KOMENTAR ANDA

Peringati Peristiwa G30S, Ini 5 Fakta PKI yang Perlu Diketahui

Sebelumnya

Bukan Cuma Perempuan, Saintis Ungkap Laki-laki Juga Bisa "Datang Bulan"

Berikutnya

Artikel Sains