post image
Suara keheningan
KOMENTAR

Lagu 'The Sound of Silence' ini keren sekali.  Ditulis pada tahun 1964 oleh Paul Simon dan dinyanyikan oleh Simon & Garfunkel.
Tentu,  tentu saja saat itu saya belum lahir,  hehe.  Ini lagu generasi ABG (Angkatan Babe Gue)  

Seingat saya,  saya pertama kali mendengar nada lagu ini pada saat kelas 2 SD.  Kebetulan. Tersebab saya memiliki jam tangan Casio yang ada kumpulan nada-nada lagunya.  Salah satunya adalah lagu ini.  

Versi yang paling saya suka adalah yang kontemporer, dibawakan oleh grup band metal 'Disturbed'. Terasa lebih nendang.  Tersebab aura 'dark'nya dapet,  syahdunya kena, nunsa pemberontakannya juga Oke punya.  Pesan dan makna lagu ini tetap dapet. 

Salah satu kekuatan lagu ini berada pada liriknya.  Coba saja perhatikan :

"People talking without speaking
People hearing without listening"

Ini semacam pertanyaan yang menohok kemanusiaan kita. Untuk peradaban kita.  Telah manusia kah kita sebagai manusia?  Benarkah saat kita bicara dan mendengar,  kita mengerti apa yang kita bicarakan?  Apakah ada maknanya?  Apakah saat mendengar orang bicara,  kita benar-benar mendengarkan? Ataukah empati telah menjadi barang langka? Di sisi lain, orang-orang yang 'sok tau', dan 'asbun' (asal bunyi) semakin banyak mengepung keseharian kita.  

Ah,  ada apakah dengan kita?  

Lirik berikutnya: 
"And the people bowed and pray.
To the neon God they made"

Sadar tanpa kita sadari,  banyak berhala yang saat ini kita puja. Demi mendongkrak eksistensi diri,  gengsi dan ambisi.  
Terkondisikan oleh sistem yang melecut kita untuk terus menerus bersaing sejak kecil,  sejak di sekolah,  berkompetisi (termasuk tanpa sadar kapan nikah,  kapan hamil dan punya anak berapa),  membuat kita dininabobokan oleh perlombaan yang tiada henti.  Semacam terus menerus mereguk air di lautan.  Alih alih penawar dahaga,  yang ada kita kehausan terus.  

Kita lupa pada yang inti. 
Kita lupa menentukan misi diri berada di dunia ini.  Kita memilih ikut terseret arus gelombang besar kehidupan.  Yang penting merasa aman dan nyaman karena bersama dengan yang mayoritas memilih jalan yang sama.  Merasa benar.  Merasa 'on the right track'. Tanpa sempat memberi jeda untuk berefleksi,  berkontemplasi.  Merenung akan arti dari semua ini.  

Ah,  mau kemanakah kita ini?  
Padahal di atas langit masih ada langit.  
Dan hidup hanya sementara saja.  
Sekadar mampir dan minum kopi toh?  

Ini tulisan jadi serius banget yak?  Hehehe.  

Kuy ah nyanyi bareng lagi 
(Kali ini,  mari sambil duduk berdua saja, meminum coklat panas,  dan memandang bintang-bintang yang genit berkelap-kelip mengajak kita untuk belajar berhitung agar kita ada kerjaan)

"In the words that it was forming. 
And the sign said,  the words of the prophets are written on the subway walls. 
And the tenement halls. 
And whispered in the sound of silence."

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual