post image
Setiap manusia memiliki akar keberadaan dirinya.
KOMENTAR

Setiap manusia memiliki kerinduan terhadap masa lalu. Baik itu masa-masa sekolah, masa-masa kecil, maupun saat bersama dengan orang-orang yang terkasih.

Tak hanya itu, kerinduan terhadap masa lalu juga meliputi situasi dan kondisi tertentu, yang membekas karena membuat hati senang dan nyaman.

Secara psikologis, tiap-tiap manusia memiliki akar, yang terbentuk sejak lama. Tapi terkadang saat bertumbuh, kemudian membesar dan berbuah, kehidupan membuat kita tercerabut dari akar.

Tapi, akar tetaplah akar, yang tidak bisa dinafikan. Tak bisa diingkari. Kerinduan terhadap masa lalu adalah bentuk jati diri yang ingin dijenguk, yang ingin tetap 'menjadi'. Yang ingin 'penuh'. Paripurna.

Tercerabut dari akar dapat direhabilitir dengan cara menjenguk masa lalu. Pulang. Mudik. Reuni. Silaturahmi. Dengan ragam masa lalu, baik itu tempat, orang-orang, atau pun suasana. Tentu tak ada yang benar-benar sama persis.

Sebagaimana Heraclitus bilang: "Pantha rei kai uden menei". Yang memiliki makna bahwa segala sesuatu mengalir bagai arus sungai, dan tidak ada suatu apa pun yang benar-benar sama lagi. Kerinduan terhadap akar kedirian kita, adalah naluriah. Panggilan jiwa. Harus dipenuhi. Ia ibarat sebuah dahaga yang harus diberi penawarnya: segelas air yang penuh makana, dari masa lalu, sebuah masa yang membentuk diri kita hingga kita sampai seperti kita saat ini.

Sebagaimana rasa dahaga dengan penawarnya, pun kita dengan kerinduan terhadap akar dan kemampuan (waktu, tenaga, finansial, dll) kita untuk memenuhinya.

Kabar buruknya, tidak serta merta itu semua bisa dipenuhi. Kabar baiknya, kerinduan itu bisa dicicil. Minimal dengan menggunakan teknologi dan media sosial yang tersedia saat sekarang, banyak hal yang bisa dipenuhi, setidaknya sebagai pelipur sementara, sebelum datang waktu yang dinanti. Kembali ke akar. Menjadi diri sendiri. Membuat kita merasa utuh kembali.

Mengetahui sejarah dan silsilah leluhur, riwayat keluarga besar, juga merupakan bagian dari kembali ke akar. Memahami asal-muasal dan sejarah diri sendiri. Nosce te Ipsum, bahasa latinnya untuk istilah: Kenalilah dirimu sendiri. Gnothi seauton, bahasa yunaninya.

Jadi, sudah seberapa kokohkah hubungan Anda dengan akar Anda? Ingat, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Apalagi dari akarnya.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual