mungkin ketika warna coklat jatuh
pada kedua bola matamu dan bola
batu di genggamanmu yang singgah
dan tak mampu kau sanggah
tepat matahari sepenggalah.
mungkin ketika tungkai kakiku
gentar dan gemetar mendengar
kau meneriaki satu nama.
mungkin ketika seonggok tubuhmu
mahir menyembunyikan dan membunyikan
kesedihan, atau mungkin darah
di peluhmu.
Mungkin ketika kata-kata
tak pernah berhenti bekerja
di mulutmu, di mulutmu
yang lain, atau di puisimu.
atau, mungkin ketika kau
berdiri kokoh di samping
bangunan rumahmu yang
dirobohkan orang-orang tak
ramah sambil tergopoh-gopoh.
kau bersenandung tentang
“TamanSari, inti sari, oh...ke mari dan menarilah
walau tubuh perih tertancap duri diri sendiri”
Bandung, Desember 2018
KOMENTAR ANDA