post image
ILUSTRASI./Pinterest
KOMENTAR

(1)

hari ini, algoritma masih dan tak
lelah membisikkan perihal-perihal
kau yang mendambakan lelaki
berjanggut yang melepaskan
zakarnya. ia, katamu, pernah
menyamar menjadi toa masjid
atau daun jendela perpustakaan.

kesepuluh jariku yang pandai
kau buat merah, bukan tandingan
sol sepatuku yang telah menempuh
usia dan perjalanan jauh demi
melihat tawamu sekali lagi.
ia tidak sanggup melupakan
telingaku, seperti ayahmu
mengingat Soeharto.

 

(2)

kini kau telah menjelma bunga
yang kelopak dan daunnya
enggan menyentuh tanah. kau
memang selalu ingin menjadi
pasangan serasi kaki langit
dan kamera pontar, atau
etalase toko kota kita
yang menjajakan senyum
palsu.

pada paragraf lima yang lama
aku habiskan secangkir racun
yang sulit Sapardi beri nama:
ilalang panjang atau bunga
rumput.

Bandung, Oktober 2019

KOMENTAR ANDA

Senandung Algoritma

Sebelumnya

Baca Juga

Artikel Rumentang Siang