Dua sore setelah ritmis, dengan
menghendaki segala yang sulit dan
malu menyembunyikan kesedihan,
kau berteriak lantang: "tak ada sinonim untuk selamat tinggal"
Orang terakhir di bayang itu, yang
aku ciptakan dari angkuhku yang
antara kapan dan kapan-kapan,
berbisik pada daun telinga dan daun
jendela, "akan kucintai kau, kekal, seperti kucintai Den Sastro."
Pada gelap yang tak lagi penuh
dan jatuh dari langit.
Bandung, Oktober 2019
KOMENTAR ANDA