post image
Ilustrasi pasien di rumah sakit (Foto: Parentingupstream/Pixabay)
KOMENTAR

Sebuah studi bertajuk “Electrophysiological evidence of preserved hearing at the end of life” yang dipublikasikan oleh jurnal Scientific Reports, mengungkap ketika kesadaran seseorang mulai menghilang di jam-jam terakhir kehidupannya, ia masih bisa mendengar suara dengan cara yang sama seperti saat kondisinya masih sehat. Temuan dari studi ini membuktikan bahwa kata-kata yang kita ucapkan pada seseorang yang tengah sekarat, masih bisa didengar dengan jelas dan mungkin bisa menenangkan mereka sebelum meninggal dunia.

Para peneliti dalam studi tersebut menggunakan electroencephalography (EEG) untuk memantau aktivitas otak pasien yang sudah hilang kesadaran dan berada di akhir hidupnya di rumah sakit Vancouver. Mereka kemudian membandingkan pembacaan EEG tersebut dengan pasien lain yang masih sadar dan dalam kondisi sehat.

Setiap kelompok menggunakan nada yang beragam dan pola yang berulang tetapi tidak mengikuti tren pada umumnya. Para peneliti ini tengah mencari sinyal otak tertentu yang dikenal dengan nama MMN, P3a, P3b. Sinyal tersebut diketahui muncul ketika otak memperhatikan suara yang tidak normal.

Hasil dari analisis ini, para peneliti menemukan bahwa sebagian pasien yang sudah tidak sadarkan diri masih menunjukkan respons P3a dan P3b. Hal ini menunjukkan sistem pendengaran mereka masih berjalan dengan normal seperti orang yang sadar dan sehat.

“Dengan demikian, sistem pendengaran mereka merespons dengan cara yang sama seperti orang-orang muda dan sehat, meski sedang berada di akhir kehidupan,” ujar peneliti, dikutip dari National Geographic Indonesia, Rabu, 15 Juli 2020.

Meski orang-orang yang sekarat masih bisa mengenali suara tertentu sebelum kematiannya, tidak bisa dipastikan apakah mereka bisa memahami kata-kata dari suara yang mereka dengar. Hal ini disampaikan oleh Elizabeth Blundon, pemimpin penelitian.

Blundon mengatakan otak partisipan memang masih bisa merespons rangsangan pendengaran tapi tidak mungkin untuk mengetahui apakah mereka bisa mengingat, mengidentifikasi suara, atau bahkan memahami bahasa yang mereka dengar. Romayne Gallagher, wakil pemimpin penelitian, mengatakan setidaknya para dokter dan perawat di rumah sakit mengetahui fakta bahwa suara orang yang dicintai bisa menghibur pasien yang sekarat.

“Bagi saya, hasil studi ini menambah arti penting pada hari dan jam-jam terakhir kehidupan – bahwa hadir secara langsung atau menghubungi lewat telepon menjadi hal penting bagi mereka yang sakit. Sungguh nyaman bisa mengucapkan selamat tinggal dan mengungkapkan cinta secara langsung,” ujarr Gallagher.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Baca Juga

Artikel Aktual