post image
Ilustrasi air limbah pabrik (Foto: Investor.id)
KOMENTAR

Manusia era sekarang tentu tidak menyangka di masa hidupnya akan berhadapan dengan wabah virus yang cukup mematikan. Bencana penyakit Covid-19 yang pertama kali terdeteksi di wilayah Wuhan, China, dalam sekejap menyebar ke seluruh negara. Bukan hanya membunuh puluhan hingga ratusan ribu orang, tapi penyebarannya juga berdampak kepada seluruh aspek kehidupan manusia.

Hingga kini, masih banyak negara yang berusaha untuk menekan penyebaran virus corona di wilayahnya. Tapi ada beberapa negara yang sudah berhasil dan kini sedang bersiap menghadapi datangnya gelombang kedua virus corona, salah satunya adalah Jepang.

Salah satu upaya yang disiapkan oleh pemerintah Jepang dalam menghadapi kemungkinan terjadinya gelombang kedua adalah memodifikasi strategi pengujian Covid-19. Melansir detiknews, pihak Kementerian Kesehatan Jepang belum lama ini merilis laporan tes antibodi dari 8000 orang. Hasilnya, tingkat infeksi Corona di Tokyo sebesar 0,1%, Osaka 0,17%, dan 0,17% di wilayah pedesaan Miyagi.

Kementrian Kesehatan Jepang pun menyetujui penggunaan tes antigen untuk menguji  kasus Corona ketimbang tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Alasannya, tes antigen dapat menunjukkan hasil tes dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10-30 menit. Jauh lebih cepat dibandingkan tes PCR yang membutuhkan waktu 6 jam untuk menunjukkan hasil tes.

Tidak berhenti di situ saja upaya pemerintah Jepang dalam mengantisipasi penyebaran virus di wilayahnya. Belum lama ini, tim ilmuwan Jepang berhasil menemukan adanya virus Corona di air limbah pabrik sebagaimana diwartakan oleh detiknews. Penelitian ini dilakukan dengan cara menguji air dari empat pabrik pengolahan limbah di prefektur Ishikawa dan Toyama. Dari 27 sampel yang diuji, 7 sampel terdeteksi positif Covid-19.

Para ilmuwan tersebut meyakini penemuan ini bisa menjadi salah satu metode untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya wabah di masa depan. Temuan ini juga menguatkan studi serupa yang dilakukan di Amerika Serikat, Australia, dan beberapa negara Eropa.

Pakar kesehatan pun berpendapat bahwa pengambilan sampel air limbah pabrik dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi wabah penyakit di suatu wilayah tanpa perlu melakukan pengujian kepada setiap orang.

“Pengujian air limbah bisa digunakan sebagai sistem peringatan dini untuk mengingatkan orang tentang berlangsungnya transmisi penyakit di antara masyarakat yang mungkin tidak disadari,” ujar Yuki Furuse, Profesor dari Universitas Kyoto, dikutip dari detiknews, Kamis (18/6).

Upaya-upaya semacam ini tentu sangat dibutuhkan banyak negara, termasuk Indonesia. Bukan hanya untuk menekan penyebaran virus Corona tapi juga untuk mengantisipasi datangnya wabah penyakit lain di masa yang akan datang.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Artikel Aktual