post image
Pertunjukkan Kuda Renggong di sepanjang jalan. /Jeryanuar.web.id
KOMENTAR

Kuda renggong menjadi bagian dari kebudayan yang saat ini sudah sulit ditemui, kecuali di kawasan Sumedang. Kita patut bangga pernah tinggal di kawasan kecil Sumedang yang sampai saat ini masih melestarikan salah satu kebudayaannya tersebut.

Bagi kamu yang belum tahu, kuda renggong adalah sebuah pertunjukan budaya berupa atraksi seekor kuda yang bergerak dan berjalan mengikuti alunan musik tradisional, sebut saja atraksi menari kuda. Beberapa wilayah di Sumedang menyebutnya Kendang Pecak. Atraksi ini biasanya dilakukan di sebuah acara seperti sunatan/khitanan dan perayaan lainnya. Bahkan pertujukkan kuda renggong ini menjadi agenda tahunan Dinas Kepariwisataan Sumedang setiap tanggal 29 September.

Kuda renggong  merupakan metatesis dari kata “ronggeng” yang memiliki arti  gerakan tari berirama dengan alunan kaki atau bergerak mengikuti alunan musik. Umumnya musik yang mengiringi tersebut terdiri atas beberapa alat seperti kendang, bedug, goong, ketuk, genjring kemprang, kecrek, dan tentu dilengkapi dengan speaker dan  microphone. Beberapa tembang yang dinyanyikan untuk mengiringi pertunjukan ini di antaranya: “Kaleked”, “Mojang Geulis”, “Rayak-rayak”, “Ole-ole Bandung”, “Kembang Beureum”, "Kembang Gadung”, dan lain sebagainya. 

Dilansir dari Kompasiana.com, asal-muasal pertunjukkan kuda renggong berawal dari kisah seorang anak yang bernama Sipan dari Desa Cikurubuk. Sipan senang sekali mengamati gerakan kuda. Ia takjub kepada hewan tersebut karena dapat diperintah oleh manusia. Saat Sipan berusia 40 tahun, ia senang melatih kuda untuk melakukan gerakan menari. Sipan mengkreasikan gerakan tersebut menjadi sebuah atraksi seni yang kemudian kita kenal dengan kuda renggong. Tahukah kamu, kuda pertama yang dilatih oleh Sipan adalah Si Cengek dan Si Dengek. Sayangnya, pada usia 69 tahun Sipan meninggal. Namun keterampilan dan atraksi keseniannya itu dilanjutkan dan dilestarikan oleh anaknya bernama Sukria secara turun-temurun. Semakin lama masyarakat Sunda khususnya penduduk Sumedang menyebarkan dan  melestarikan  kebudayaan ini. Atas dasar hal tersebutlah kuda renggong menjadi seni pertunjukan khas Kabupaten Sumedang. Pertunjukkan ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja tapi juga sampai mancanegara.

Kuda renggong bukan sekadar pertunjukkan menari dan menikmati musik, ternyata kuda renggong memiliki makna yang dalam. Makna pertama yaitu, sebagai interaksi makhluk Tuhan, dengan makna ini kita dibiarkan untuk memahami dan mengasihi hewan (khususnya kuda).

Setiap makhluk berhak bahagia dan menerima kebaikan dari setiap orang. Inilah mengapa yang menari bukan hanya manusia tetapi juga kuda. Makna lainnya adalah sebagai simbol semangat dan kebersamaan antar manusia, mereka menari dan bergembira bersama merayakan suatu yang baik.

Kebanyakan kuda renggong diminta untuk mengisi sebuah acara syukuran khitanan seorang anak, ini artinya kuda renggong juga menjadi simbol pendewasaan, kejantanan, dan diberikannya tanggung jawab serta kewibawaan kepada seseorang.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Artikel Aktual