post image
Masa-masa sulit, perkuat otot Sabar, Doa, dan Syukur.
KOMENTAR

Kita telah, sedang, dan akan menghadapi saat-saat kritis sehubungan dengan wabah Covid-19. Dampak dari virus ini tak hanya pada sektor kesehatan saja, tapi juga menghantam sektor ekonomi nasional dan dunia. Lebih dari itu, Covid-19 juga membuat banyak orang pusing tujuh keliling. Ada sisi emosi dan kejiwaan yang dihantam. Stres melanda. Apalagi belum ada kepastian sampai kapan ini semua berakhir.

Bayangkan saja, jutaan orang kehilangan penghasilan atau pun pendapatan menurun drastis akibat pandemi virus corona. Baik itu karena pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun karena situasi dan kondisi yang tak memungkinkan seperti event organizer, wedding organizer, para pekerja panggung, musisi atau seniman, fotografer, dan lain-lain. 

Di sisi lain, biaya kebutuhan sehari-hari tak mau kompromi. Termasuk biaya pendidikan anak, yang sekarang bertambah dengan biaya belajar daring yang perlu didukung oleh perangkat penunjang beserta paket datanya.  

Bagi keluarga mampu, tentu tak jadi soal. Tapi bagi keluarga yang pas-pasan, apalagi keluarga yang tak mampu ini menjadi masalah sangat besar. Itu baru kaitannya dengan faktor ekonomi, belum lagi soal lain misalnya tingkat kebosanan, perasaan insecure, dan sebagainya.

SDS

Sabar, Doa, dan Syukur (SDS)  merupakan penawar dari stres yang bisa jadi angkanya juga akan terus meningkat. Apalagi yang bisa kita lakukan, setelah berbagai ikhtiar? Mengolah batin agar terus bersabar dan bersyukur, dibarengi doa yang tak putus adalah hal sederhana tapi sangat substantif.  SDS adalah gizi yang dibutuhkan oleh batin kita.

Kita sedang berada dalam saat-saat yang tak pasti. Bahkan di negeri kita, angka positif Covid -19 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan melandai. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, sulit untuk terlalu berharap kepada pihak luar, selain kepada diri sendiri.

Kepada diri sendiri, kita bisa berharap untuk tidak terlibat dalam penyebaran virus corona, dengan cara disiplin dalam melaksanakan protokol kesehatan. Kepada diri sendiri, kita bisa berharap terjadi olah batin dengan cara melakukan SDS, sehingga stres yang melanda andaipun tidak hilang tapi juga tidak menggerogoti pikiran dan batin sehingga bervibrasi negatif.  Andaipun SDS bukan penghilang stres, tapi setidaknya SDS bisa menjadi penyeimbang sehingga diri kita tetap bisa bervibrasi positif.

Lihatlah sekeliling kita, juga lihatlah lebih luas, teramat banyak sekali orang-orang yang hidupnya lebih susah daripada kita. Perbanyak sabar, perbanyak doa,  dan perbanyak syukur.  Bukankah sejatinya, dengan atau tanpa Covid pun, kita sebagai manusia yang lemah dan hina ini, memang sudah seharusnya melakukan SDS? Sabar,  Doa, dan Syukur, merupakan kunci kehidupan agar bisa tenang. Keadaan tenang, perasaan damai, adalah 'lawan' dari stres. Tidak ada orang stres yang pikiran dan batinnya tenang dan damai, bukan?  

Jadi,  mari kita lakukan apa yang kita bisa. SDS membawa kita pada perasaan yang positif. Pada getaran yang positif. Vibrasi positif, sebagaimana sudah nerupakan hukum alam, akan menarik pula vibrasi yang sejenis. Yang  positif menarik yang positif, yang positif berkumpul dengan yang positif.  

Ngomong-ngomong tentang SDS,  kuy ah kita nyanyikan lagi lagu D'massiv:

 _Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik
Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya
Bagi hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa_

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Artikel Aktual