post image
Ilustrasi Lebaran (sumber: pixabay.com dan jabar.tribunnews.com)
KOMENTAR

Setelah hampir satu bulan penuh melaksanakan ibadah puasa, tidak lama lagi, bulan yang penuh suci ini akan segera berakhir. Dan kita akan bertemu Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal, hari yang ditunggu-tunggu oleh jutaan umat Islam diseluruh penjuru dunia.

Idul Fitri selalu identik dengan suasana yang baru, seperti menggunakan baju baru, sarung baru, celana baru dan tampilan baru yang lainnya. Nabi Muhammad SAW memang mensunnahkan umatnya untuk menggunakan pakaian yang terbaik saat Idul Fitri tiba, tapi itu bukan berarti kita harus memaksakan kehendak sehingga harus mengeluarkan uang yang banyak dalam berpakaian.

Pada dasarnya, Idul Fitri memberikan makna bahwa kita sudah mengalami perubahan setelah kita berpuasa, karena dengan puasa kita seolah-olah “dipaksa” untuk menjadi diri yang lebih baik, baik itu kepada sesama manusia atau kepada Sang Pencipta. Adanya Idul Fitri, membuat diri kita layaknya terlahir kembali dengan suasana yang “baru”, penuh kegembiraan, kehangatan dalam berkeluarga dan keikhlasan dalam berbagi.

Selayaknya, Idul Fitri menjadi penanda yang konkret apakah kita sudah benar-benar beribadah puasa atau hanya menggugurkan kewajiban saja. Disitulah Idul Fitri mengambil peran, untuk menjadi salah satu tanda penting sejauh mana puasa seseorang dapat dikatakan berhasil. Bukan sekadar baju atau tampilan baru saja, tapi lebih dari itu, Idul Fitri menjadi pengingat bagaimana cara kita memperlakukan diri kita sendiri.

Menjadi tolak ukur penting untuk dapat lebih memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Sehingga kita dapat melakukan evaluasi terhadap diri sendiri dan merencanakan langkah apa yang akan kita jalani kelak.

Karena dengan seperti itulah, kita dapat mengetahui secara jelas bagaimana hasil puasa yang kita jalani selama sebulan penuh. Kita juga dapat melihat sejauh mana perkembangan hubungan diri kita terhadap sesama manusia maupun kepada Sang Pencipta, apakah menjadi lebih baik atau malah sebaliknya.

Jangan sampai, kita hanya merayakan Idul Fitri sebagai tradisi seremonial keagamaan tanpa pernah mengambil pesan dari hari penting yang setiap tahun kita rayakan ini. Last but not least, semoga kita dapat mengambil banyak hikmah dan pelajaran pada Idul Fitri kali ini, yang kita rayakan bersamaan dengan mewabahnya virus Covid-19. Selamat menjadi pribadi yang baru!

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Artikel Aktual