post image
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto oleh Alex Brandon dari AP.
KOMENTAR

UNPADER. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikenal seringkali memberikan pernyataan-pernyataan yang kontroversial, baik melalui siaran pers atau bahkan melalui cuitannya di Twitter. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pun turut menjadi korban pernyataan kelirunya berkaitan dengan penanganan COVID-19 atau virus corona.

Trump bahkan menghentikan sementara pendanaan kepada WHO sembari "mempertimbangkan keanggotaannya di organisasi". Amerika dikenal sebagai salah satu donatur terbesar bagi WHO yaitu sebesar 15 persen dari pendanaan WHO tahun lalu.

Pernyataan-pernyataannya kepada WHO disebut-sebut sebagai salah satu strategi guna mendulang suara pada pemilihan presiden periode keduanya pada November.

Dilansir bbc.com, berikut klaim-klaim Trump terhadap WHO beserta kebenarannya.

"WHO gagal mendapatkan, memeriksakan, dan membagikan informasi secara tepat waktu dan transparan"

Klaim di atas disebut sudah menjadi klaim regulernya terhadap WHO. Bahkan, surat yang ditujukan kepada Direktur WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus pada 18 Mei, ia menyebutkan bahwa WHO "secara konsisten mengabaikan laporan kredibel soal penyebaran virus di Wuhan pada awal Desember 2019 dan bahkan lebih awal lagi".

Pernyataan Trump itu didasarkan pada laporan yang dibuat oleh Lancet Medical Journal.

Sementara itu, editor dari Lancet Richard Horton menuliskan dalam sebuah surat respons bahwa "Lancet tidak pernah memublikasikan laporan apa pun pada awal Desember 2019 tentang adanya sebuah virus di Wuhan. Laporan pertama yang kami terbitkan adalah dari peneliti-peneliti Tiongkok pada 24 Januari 2020."

Guna merespons klaim itu, WHO mengatakan apabila lembaganya telah bertindak dengan tepat sesuai dengan informasi awal yang diberikan Tiongkok, termasuk membagikannya kepada ahli medis dan peneliti di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat.

WHO menyebutkan bahwa virus tersebut diinformasikan pertama kali olehnya pada 31 Desember 2019 sebagai "pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui". Melalui akun Twitternya, virus ini dicuitkan pada 5 Januari.

WHO sendiri mengunjungi Wuhan pada 20 dan 21 Januari. Sementara itu Tedros pergi ke Beijing, Tiongkok untuk berdiskusi dengan Presiden Xi Jin Ping pada 28 Januari. Pada akhir bulan WHO kemudian mengumumkan adanya sebuah wabah yang ditakutkan membahayakan kesehatan publik secara global.

"Sejak pertengahan Januari, WHO membeo bahwa tidak ada penularan dari manusia ke manusia terjadi, meskipun ada informasi yang bertentangan."

Kritik Trump tersebut berdasarkan laporan sementara yang dibuat oleh WHO guna laporan yang cepat dan dinamis. Ia menyatakan bahwa WHO membuat laporan paslu, padahal laporan saat itu terus berjalan berdasarkan observasi serta penelitian awal yang berjalan dinamis.

Pada 14 Januari akun Twitter WHO mencuit, "Investigasi awal yang ditemukan oleh otoritas Tiongkok tidak menemukan adanya bukti cukup adanya penularan dari manusia ke manusia."

Namun di hari yang sama juga, kepala unit kemunculan penyakit WHO Maria van Kerkhove bertindak hal yang kontradiktif dengan manyarankan para wartawan untuk membatasi kontak dari manusia ke manusia setelah melakukan observasi lanjutan di Wuhan.

Pada 22 Januari WHO kemudian baru mengonfirmasi adanya bukti yang jelas perihal penularan dari manusia ke manusia di Wuhan. WHO juga membantah berbagai kabar burung bahwa ia memperlambat pengumuman penemuan itu atas permintaan Tiongkok.

WHO memiliki "kekurangan independensi" karena Tiongkok.

Dalam surat Trump baru-baru ini, ia menuduh Direktur WHO bahwa organisasinya memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan Tiongkok sehinga gagal untuk tetap objektif dalam menangani wabah ini.

Trump bahkan menyebut WHO sebagai boneka Tiongkok.

Hal ini mungkin bermula karena WHO secara terang-terangan memuji langkah Tiongkok dalam menangani wabah virus corona termasuk "komitmennya dalam transparansi".

Meski demikian, beberapa ahli dan pejabat politik termasuk Trump juga memuji respons Tiongkok menangani wabah virus corona. Contohnya Trump sendiri yang secara tidak sungkan memuji kerja keras Tiongkok melalui cuitannya di Twitter pada 25 Januari.

Dr Michael Ryan dari WHO mengatakan bahwa organisasinya tetap ingin menjaga komunikasi yang terbuka dengan Tiongkok yang tengah menahan penyebaran virus tersebt.

WHO juga dituduh terlalu dipengaruhi Tiongkok karena status Taiwan yang bukan termasuk anggota dari WHO. Taiwan menyatakan mereka telah menunjukkan adanya kemungkinan penularan dari manusia ke manusia sejak akhir Desember namun tak ditanggapi oleh WHO.

Namun demikian pada bukti yang telah diterbitkan sejauh ini, penelitian Taiwan tidak secara spesifik menunjukkan adanya hubungan dengan manusia ke manusia terkait penularan.

"Salah satu dari sekian banyak keputusan berbahaya dari WHO adalah menyarankan pembatasan perjalanan. Mereka benar-benar ingin melawan kita."

Amerika sendiri telah melarang penerimaan perjalanan dari Tiongkok dan dua negara lainnya sejak 2 Februari. Akan tetapi tidak ada bukti yag menyebutkan bahwa WHO menentang langkah itu.

Namun demikian, Trump sendiri pada 10 Januari kemudian merekomendasikan tidak ada penerbangan internasional sebagai respons dalam melawan virus. Hal ini juga dikonfirmasi ulang oleh sebuah pernyataan pada akhir Februari yang menuebutkan pelarangan perjalanan biasanya tidak terlalu efektif dan bisa menimbulkan dampak buruk pada aspek sosial dan ekonomi.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Artikel Aktual