post image
KOMENTAR

Momen mendapatkan pasangan hidup mungkin banyak ditemukan disaat menjadi mahasiswa karena kita dianggap cukup dewasa untuk menjalin hubungan yang serius. Akan tetapi, sering kali kita dalam menjalin hubungan baru ini dengan pasangan cenderung melakukan tindakan-tindakan berlebihan. Maksud berlebihan disini adalah kita mulai mengorbankan hubungan dengan teman atau keluarga hingga menimbulkan masalah yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Hal inilah sering disebut toxic relationship.

 

Apa itu Toxic Relationship?

Toxic relationship adalah hubungan yang beracun atau bermasalah. Hubungan ini yang membuat kita dapat memutuskan hubungan dengan orang lain demi mempertahankan hubungan tersebut. Hal ini berakibat pada konflik yang menyakiti secara fisik, mental, maupun emosional salah satu atau kedua belah pihak.

Jika tidak segera diatasi, hubungan ini dapat menjadi sangat berbahaya bagi diri kita maupun orang yang kita kenal. Biasanya terjadi dikalangan mahasiswa yang baru pertama kali berpacaran. Mereka yang sebagai korban, dibutakan dengan atas nama “cinta” demi pasangannya hingga menyakiti diri sendiri.

 

Ciri-Ciri Toxic Relationship

Toxic Relationship ini ditandai dengan ciri-ciri adanya rasa tidak aman, egois, dominasi, dan kontrol oleh pasanganmu. Kamu akan merasa direndahkan, disalahkan, tidak dihargai dan tidak didengarkan dalam setiap pendapatmu. Bahkan, jika toxic relationship ini mencapai menyakiti secara fisik dan diancam dengan kata putus. Kita harus siap untuk meninggalkannya.

 

Mengatasi Toxic Relationship

Kita harus tetap waspada terhadap adanya indikasi-indikasi toxic relationship. Hal tersebut bisa berdampak pada fisik maupun psikologis. Hal pertama yang perlu kamu lakukan apabila merasakan ciri-ciri hubungan ini adalah cobalah mengomunikasikannya bersama pasangan.

Setiap orang dapat berubah dan tidak ada salahnya memulai membangun hubungan yang sehat kembali. Hubungan yang sehat melibatkan rasa saling peduli, menghormati, menyayangi, mendukung dan berbagi masalah. Singkat cerita, keinginan bersama untuk saling membahagiakan satu sama lainnya.

Selanjutnya, tidak salahnya bagi kita untuk mengajak pasangan kita ke psikolog. Agar dapat mengatasi masalah mental yang dialami oleh pasanganmu. Bukan dengan cara menghindar dan diam terhadap pasanganmu. Hal itu dapat merugikan kamu dan dia dalam menjalin hubungan berpacaran.

Apabila cara diatas tidak kunjung berhasil memberikan solusi, jalan terakhir adalah tinggalkan. Jangan ragu untuk meninggalkan karena takut tidak mendapatkan lebih baik darinya.

Toxic relationship dikalangan mahasiswa bukanlah hal yang wajar! Hal ini hanya membuat kamu merasa sakit dan akan menghambat hubungan berpacaran kalian. Dalam berpacaran perlu adanya sikap saling mendengarkan. Jika tidak ada, maka jangan dipaksakan. Pacaran itu saling mendukung untuk berkembang bukan sebaliknya.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Artikel Aktual