post image
Ilustrasi ventilator/Net
KOMENTAR

Ventilator merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk mengambil alih fungsi paru-paru untuk ketika seseorang sudah mengalami kesulitan bernapas. Tentunya mesin ini sangat dibutuhkan oleh manusia yang memiliki kesulitan bernapas, termasuk beberapa penderita COVID-19 atau virus corona.

Dilansir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 80 persen penderita virus corona bisa sembuh tanpa adanya perawatan dari rumah sakit, namun satu dari enam pasiennya adalah penderita dengan gejala berat dan mengalami kesulitan bernapas.

Dikutip dari theguardian.com, pada beberapa kasus, virus tersebut memang merusak tisu kesehatan dalam paru-paru yang menyebabkan cairan masuk ke dalamnya sehingga mengalami kesulitan bernapas.

Guna meringankan kesulitan bernapas itu, ventilator akan mendorong udara atau oksigen ke paru-paru sehingga sistem pernapasan hingga penyaluran oksigen ke  darah yang akan dialirkan ke seluruh tubuh dapat terus berjalan.

Ventilator juga memiliki fitur yang mampu menyesuaikan dengan suhu dan kelembaban tubuh setiap pasiennya.

“Alasan mengapa kekurangan ventilator menjadi masalah krisis ialah karena tanpa ventilator, pasien akan meninggal,” ucap Prof David Story, Wakil Direktur Pusat Perawatan Krisis Universitas Melbourne, dikutip dari theguardian.com.

Lalu, kapan seorang pasien sesegera mungkin harus menggunakan bantuan ventilator untuk bernapas?

Story menjelaskan bahwa sebelum memutuskan penggunaan ventilator pada pasien, dokter akan mencari tanda-tanda adanya gagal pernapasan, seperti tingkat pernapasan yang akan meningkat, lalu pasien akan terlihat tertekan, dan kandungan karbondioksida pada darah akan meningkat sehingga membuat pasien merasa seperti kebingungan.

Tingkat pernapasan manusia normal berada di kisaran 15 kali napas dalam semenit, apabila sudah mencapai 28 kali maka hal tersebut merupakan sinyal bahwa ventilator dibutuhkan pasien.

Anggota dari Yayasan Peduli Paru-paru Australia Prof Sarath Ranganathan berujar bahwa pengalaman di Italia dan Spanyol serrta berbagai model penghitungan matematis di seluruh dunia menunjukkan angka pasien kritis akibat virus corona kelak akan melebihi kapasitas perawatan yang bisa ditampung dengan bantuan pernapasan.

“Tanpa akses ke ventilator, beberapa pasien yang seharusnya bisa bertahan akan meninggal,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa ketika pasien menunjukkan tanda-tanda membutuhkan ventilator, maka mesin itu sangatlah dibutuhkan.

“Tersambung dengan ventilator sangat dibutuhkan setidaknya dalam 30 menit apabila kondisi sudah sangat kritis,” tambah Ranganathan.

Kondisi mesin ventilator dan pembuatnya di berbagai negara

Di Amerika Serikat, dikutip dari Aljazeera.com, Persatuan Kedokteran Perawatan Kritis berujar bahwa mereka memprediksikan sekitar 960.000 penderita virus corona akan membutuhkan bantuan ventilator untuk bernapas.

Akan tetapi, kini Amerika Serikat hanya memiliki 200.000 mesin yang diperkirakan setenganya merupakan model lama sehingga tidak terlalu ideal dengan kondisi pasien.

Di Britania Raya, lembaga Sistem Kesehatan nasionalnya melaporkan bahwa negaranya hanya memiliki 8.175 ventilator dan memprediksikan sekitar 30.000 ventilator akan digunakan saat pandemi ini mencapai puncaknya.

Situasi seperti ini bisa jadi sangat berbahaya di negara dengan sistem pelayanan kesehatan yang lemah, salah satunya Mali di Afrika Barat yang hanya memiliki 56 ventilator untuk melayani 19 juta warganya.

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika menyatakan apabila minggu ini negara-negara di Afrika akan didorong untuk menjalin kerja sama dengan negara lain untuk menjamiun beberapa suplai kunci termasuk ventilator selama pandemi ini berlangsung.

Tekanan juga datang ke perusahaan pembuat ventilator yang merupakan salah satu mesin krusial guna menunjang kehidupan pasien virus corona.

Salah satu perusahaan terbesar dalam pembuatan ventilator Hamilton Medical AG, bertujuan untuk menaikan jumlah produksi yang biasanya 15.000 menjadi 21.000 per tahun.

Perusahaan asal Swiss tersebuy bahkan melakukan beberapa pengembangkan sistem produksi termasuk mengerahkan stafnya di bidang pemasaran ke lini produksi.

Perusahaan lainnya asal Italia Siare Engineering International Group memiliki 25 teknisi tentara yang akan membantu memproduksi mesin hingga tiga kali lipat produksi bulanan.

Sementara itu, tim doktor di Italia telah mengembangkan cara agar satu ventilator bisa digunakan oleh dua pasien.

Bagaimana kondisi ventilator di Indonesia?

Pemerintah, dilansir liputan6.com, melalui Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendesak produsen otomotif untuk membantu membuat ventilator guna penanggulangan virus corona.

“Untuk supply ventilator akan dibuat prototipe sederhana yang dapat diproduksi massal melalui kerja sama antara industri otomotif dengan industri komponen,” ujarnya saat diwawancarai di Jakarta, Jumat (27/3).

Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Yayasan Pembina Masjid Salman ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) sedang mengembangkan ventilator portabel yang dinamakan Vent-I.

Ventilator portable tersebt sudah dinyatakan lulus uji produk dan layak digunakan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementrian Kesehatan.

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Artikel Aktual